October 19, 2017

Sepakbola di Kebun Kelapa

"Lus, oper sini bolanya!", teriak Budi Buto kepada Lulus meminta operan ketika posisinya tidak terkawal oleh bek lawan. Beberapa detik kemudian terdengar teriakan lagi. "Gooolll!!!". Bola berhasil dimasukkan Budi Buto ke gawang lawan yang dijaga oleh Paidi.

Keriuhan sore itu tidak terjadi di atas lapangan sepakbola berukuran standar dengan dua gawang dari besi di masing-masing sisi lapangan, tapi terjadi di area kebun kelapa di desa mereka, Sulang. Sebuah desa yang terletak sekitar 12 kilometer dari ibukota kabupaten Rembang ke arah Blora.

Ya, kebun kelapa yang terletak di belakang kantor Kawedanan itu masih menyisakan tanah sedikit lapang di antara deretan pohon kelapa yang ditanam berjarak sekitar 8 meter kali 8 meter. Sela-sela antar tanaman itulah yang tiap sore dimanfaatkan oleh anak-anak muda yang tinggal di sekitar kebun kelapa untuk memupuk kebersamaan dan bersenang-senang dengan bermain sepakbola. Dan dengan menggunakan gawang yang terbuat dari batang bambu, maka sahlah sela-sela pohon kelapa itu menjadi lapangan sepakbola. Mereka menyebutnya, Stadion Klapa-Klapanan.

Dalam bermain sepakbola, pemain dituntut untuk tidak hanya piawai menghindari dari sergapan lawan akan tetapi harus juga lihai untuk menghindari hadangan dari pohon-pohon kelapa yang ada di tengah area permainan. Maka tak heran ketika suatu ketika bola yang rencananya mau dioperkan ke kawan malah berbelok arah bukan karena terkena badan lawan akan tetapi karena mengenai pohon kelapa.

Hampir setiap hari anak-anak muda itu bermain sepakbola, dimulai sekitar jam 4 sore dan berakhir ketika azan maghrib berkumandang dari mushola dan masjid. Mereka sebagian ada yang langsung pulang ke rumah masing-masing, akan tetapi ada juga yang masih duduk-duduk bercengkrama sambil menunggu keringat mengering, untuk kemudian mandi bareng di sumur yang ada di belakang rumah dinas pak Wedana.
Akhir dari Stadion Klapa-Klapanan.
Suatu sore seperti biasa, anak-anak muda itu bermain sepakbola. Tim terbagi menjadi 2 tim dengan tidak ada patokan yang jelas dan kaku siapa masuk tim mana, alias suka-suka si pemain mau masuk tim mana. Kedua tim pada awalnya masing-masing masih menggunakan kaos, tapi ada perjanjian bahwa siapa yang kemasukan terlebih dahulu harus melepas kaosnya untuk memudahkan membedakan antara anggota tim yang satu dengan lainnya.

Lek To yang waktu itu memperkuat tim yang melepas kaos karena kebobolan lebih dahulu menggiring bola dari sisi kanan lapangan, bola kemudian ditendang kembali ke kawannya yang ada di posisi bek. Kemudian Lek To mencari posisi di tengah, sambil menghadap ke arah kawannya di belakang Lek To teriak minta oper. Bagong melepas umpan lambung ke arah Lek To, dan Lek To berlari membelakangi arah gawang lawan untuk menjemput operan. Belum sampai bola ke kepala atau badan Lek To, dia sudah tersungkur karena menabrak pohon kelapa di belakangnya.

Pertandingan terhenti. Beberapa orang mencoba menolong Lek To yang mengerang kesakitan, karena bagian belakang kepalanya terbentur batang pohon kelapa. Lek To kemudian diantar pulang oleh Bagong dan Budi Buto.

Pertandingan dilanjutkan kembali sampai azan maghrib terdengar. Beberapa orang masih memperbincangkan kejadian yang menimpa Lek To dan ingin tahu kondisi Lek To. Dari kabar yang beredar Lek To mengalami gegar otak ringan karena benturan tadi.

Untuk beberapa waktu, pertandingan sepakbola masih berlangsung walau dengan jumlah pemain yang makin lama makin sedikit jumlahnya. Entah karena mereka ada yang melanjutkan kuliah, atau pindah tempat tinggal karena kerja di kota atau karena trauma kejadian yang menimpa Lek To.

October 1, 2017

Mengelola Klub itu Tidak Gampang


google.com

Secara umum, mengelola klub sepakbola itu seperti mengelola perusahaan. Jika perusahaan kebanyakan menjual barang, maka klub sepakbola menjual prestasi.

Untuk dapat menjalankan klub sepakbola tentunya dibutuhkan modal investasi yang tidak sedikit, untuk membayar gaji karyawan  dan pemain, akomodasi tim baik ketika bertanding di kandang maupun tandang, juga untuk hal-hal lain terkait pelaksanaan sebuah pertandingan sepakbola.

Pendanaan klub sebagian besar berasal dari sponsor, penjualan tiket masuk, dan merchandise resmi.

Klub profesional harus bisa memperoleh dana secara mandiri dari pihak swasta, sudah tidak ada lagi kucuran dana dari pemerintah kepada klub sepakbola.

Untuk dapat menggaet pihak sponsor klub akan menawarkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki, atau dengan kata lain klub akan menjual prestasiunya. Jika prestasi klub bagus, klub tak akan kesulitan dalam menggaet sponsor. Tapi jika prestasi klub tidak bagus bahkan cenderung  jelek, pihak sponsor enggan mendekat. Kalaupun ada paling hanya sponsor lokal dan tentunya dengan jumlah yang terbatas.

Pihak pengelola klub pasti sudah berhitung soal ini, makanya mereka menyusun program-program klub, baik jangka pendek, menengah maupun panjang.

Sumber dana berikutnya adalah pemasukan dari tiket pertandingan. Idealnya setiap klub memiliki stadion sendiri, tapi di Indonesia tidak. Karena rata-rata stadion adalah milik pemda dan klub menjadi penyewa. Pemasukan dana dari tiket pertandingan bisa dimaksimalkan jika seluruh tiket terjual tanpa ada satupun kebocoran (penonton tanpa tiket yang ikut masuk). Tapi selain kebocoran tiket, perlu diperhatikan adalah pemalsuan tiket pertandingan, karena imbasnya cukup besar.

Kemudian dana dari merchandise resmi klub. Sebenarnya ini potensi besar, tapi rata-rata tidak tergarap dengan maksimal. Rata-rata klub tidak punya store resmi yang menjual segala pernik yang berkaitan dengan klub. Entah itu jersey, syal, buku, foto bahkan paket tour wisata.

Paket tour wisata? Benar. Sebuah klub dengan sejarah panjang dan prestasi yang hebat bisa saja membuat semacam museum atau hall of fame bagi klub itu. Di mana di dalamnya bisa berisi foto, trophy, berita, jersey legendaris, patung dan lain-lain yang berhubungan dengan sejarah klub tersebut yang bisa digarap lebih banyak lagi. Klub-klub luar negeri sudah banyak yang memanfaatkan hal itu, misal AC Milan, Manchester United, dan banyak lagi. Bagi fans sejati pasti tidak akan melewatkan hal itu.

Bagaimana dengan klub anda?

September 28, 2017

Welcome to Milan, Don Carlo?

sindonews.com


Berita dipecatnya Carlo Ancelotti dari Bayern Muenchen membuat para Milanisti ikut bergembira. Setidaknya ketika pada saat sekarang ini performa Milan belum begitu ciamik di Serie A, dan adanya gonjang-ganjing soal pelengseran Vicenzo Montella dari posisi pelatih.

Sehingga ketika ada sebuah nama besar di jajaran pelatih yang bisa diharapkan akan menjadi pengganti apabila nanti ternyata Montella benar-benar tidak berada lagi di kursi pelatih Milan, Milan tidak perlu lagi meragukan kapabilitas seorang Ancelotti.

Apalagi mengingat bahwa Milan adalah klub yang pernah memberi torehan prestasi buat Ancelotti baik sebagai pemain maupun pelatih. Bahkan beberapa musim lalu ketika posisi Milan sedang terpuruk, Ancelottilah yang sangat diharapkan untuk pulang ke Milan dan membangkitkan lagi prestasi Milan, agar tidak melulu tenggelam dalam kenangan kebesaran masa lalu.

Akan tetapi tidak segampang itu berandai-andai. Aangkah lebih baik jika Montella masih diberi kesempatan membesut Milan dan membuktikan kapasitasnya sebagai seseorang yang memang pantas melatih klub sebesar Milan. Apalagi perjalanan Milam musim lalu yang dibawanya maju ke liga eropa musim ini, dan laju Milan di liga eropa sampai saat ini masih cukup meyakinkan.

Mari berharap saja Montella menyelesaikan tugasnya sampai akhir musim dengan memberi prestasi bagi Milan, sementara Don Carlo menikmati masa istirahatnya dulu, baru musim depan membesut Milan kemudian.

#ForzaMilan #weareacmilan #WelcomeAncelotti

September 24, 2017

Ada Apa Dengan Milan?


goal.com

Belanja besar yang dilakukan Milan pada awal musin tentunya dengan tujuan membawa Milan kembali ke tempat yang semestinya, menjadi klub yang disegani di Italia khususnya dan Eropa atau Dunia pada umumnya. Namun hingga giornata ke 6, Milan sudah mengalami 2 kali kekalahan dengan permainan yang masih belum stabil.

Mungkin memang butuh waktu untuk dapat mempersatukan tim yang berisi banyak pemain baru yang bahkan mungkin belum mengenal kultur liga Italia, juga untuk dapat mengerti visi permainan yang dimaui pelatih.

Jangan buru-buru mengatakan bahwa hal ini merupakan kesalahan pelatih atau bahkan menganggap sebagai kesalahan dalam melakukan kebijakan transfer. Sekali lagi, faktor waktu memiliki peranan yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam proses pembentukan dan penyatuan sebuah tim.

Karena apa? Karena yang terjadi pada Milan saat ini adalah sebuah revolusi, di mana transfer tidak hanya dilakukan terhadap satu-dua orang pemain saja atau transfer tambal sulam. Tapi transfer yang dilakukan dengan melibatkan jumlah pemain yang cukup besar, sehingga perlu waktu untik membangun sebuah tim yang kuat dan mumpuni untuk melakoni 3 kompetisi dengan jadwal yang padat.

Montella Out?
Apakah mendepak Vicenzo Montella dari kursi pelatih merupakan solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis (jika ini layak disebut krisis) yang terjadi pada Milan? Toh, kalau Montella benar didepak dan masuk pelatih baru, pasti juga butuh waktu untuk menyatukan tim. 

Yang jelas, evaluasi penampilan tim harus dilakukan agar tidak lagi ada pengulangan kesalahan-kesalahan yang akan berimbas pada hasil akhir perjalanan tim di kompetisi. Rotasi memang mutlak dilakukan untuk menjaga performa dan kesegaran phara pemain, di sinilah peran Vicenzo Montella dan jajaran pelatih untuk memilah pemain dan taktik strategi yang menguntungkan tim.

Pada saat ini klub sudah mendapat dukungan penuh dan stadion juga mulai terisi dengan para suporter yang ingin ikut merasakan euforia kembali kejayaan Milan. Jangan sampai antusiasme fans melemah dan berkurang, dan menjaga kepercayaan fans itu bukan hal yang mudah.

#ForzaMilan

September 10, 2017

Setelah Kekalahan

acmilan.com
Pil pahit harus ditelan Milan setelah pada minggu ketiga Serie A musim 2017/2018 harus menelan kekalahan dengan skor telak 4-1 dari tuan rumah Lazio melalui hattrick Ciro Immobile dan Alberto. Milan hanya bisa membalas sebiji gol melalui Riccardo Montolivo. 

Pemilihan formasi dan pemain yang tidak tepat oleh Vicenzo Montella banyak mendapat kecaman dan kritikan dari Milanisti di seluruh dunia. Mereka beranggapan bahwa seharusnya Montella tidak memasang Borini di sayap kiri, karena ada Bonaventura yang sudah kembali dari cedera. Namun dengan alasan menyimpan Bonaventura untuk laga Eropa, Montella tetap memasang Borini.

Hasilnya? Banyak yang menilai kontribusi Borini dari sisi kiri penyerangan Milan sangat minim, tidak ada kreasi yang tercipta dari sana. Pemain berikut yang mendapat kritikan adalah Montolivo. Meskipun mencetak gol di pertandingan, namun Milanisti lebih memilih untuk memberi kesempatan kepada Locatelli yang walaupun berlabel Not For Sale tapi jarang dimainkan. 

Pemilihan striker juga dipertanyakan mengingat Milan punya dua striker mahal yang baru dibeli, yaitu Kalinic dan Andre Silva. Jika pertimbangan yang dipakai Montella memasang Cutrone karena dianggap mengenal kultur Serie A, bukankah Kalinic juga sudah mengenalnya dengan baik?

Walaupun pada akhirnya Bonaventura, Hakan dan Kalinic dimainkan namun hal itu tidak mampu menolong Milan dari kekalahan.

Memang ini baru pertandingan ke 3 musim kompetisi 2017/2018 dan perjalanan masih panjang, apalagi Milan berlaga di 3 kompetisi. Dengan kekalahan dari Lazio ini seharusnya bisa menjadi bahan evaluasi dan interospeksi bagi skuat Milan untuk lebih memperkuat diri menghadapi kompetisi yang dilakoninya. Pemilihan pemain dan formasi akan menentukan langkah Milan selanjutnya.

Forza Milan! Kami tetap bersamamu!

September 7, 2017

Quo Vadis, Persijap?

[foto dari akun twitter Esti Puji Lestari]
Banding yang diajukan Persijap atas keputusan Komisi Disiplin yang memberikan hukuman atau sanksi denda 100 juta rupiah dan dinyatakan kalah WO 0-3 dari Persibat memang tidak mengubah kondisi Persijap yang tetap akan berlaga di Liga 3 musim depan. Tapi, apapun hasil dari banding tersebut, apa yang sudah dilakukan oleh manajemen Persijap patut diapresiasi karena itu menyangkut hak yang bisa dipergunakan manakala ada ketidak setujuan terhadap keputusan yang ditetapkan.

Setelah melewati pertandingan demi pertandingan di kompetisi Liga 2 tentu jajaran manajemen dan pelatih sudah memiliki catatan-catatan mengenai apa yang sudah dan atau belum ada di skuat, apa yang harus diperbaiki dan atau bahkan perlu ditingkatkan dari kedalaman skuat yang dimiliki Persijap. Itu akan menjadi modal yang sangat berguna untuk mengarungi kompetisi musim depan.

Komitmen CEO Persijap Esti Puji Lestari yang tetap akan menghadirkan sepakbola yang bersih dan profesional di Jepara perlu mendapat dukungan, walaupun  memang belum menorehkan prestasi. Juga perlu ditunggu apa yang akan menjadi kelanjutan dari apa yang selama ini disebut dengan "Persijap 5 Years Plan".

Baru-baru ini tersiar kabar bahwa Charlos Raul Sciucatti yang di beberapa pertandingan terakhir menjadi pelatih Persijap terlihat hadir di stadion Kamal Junaidi untuk memantau dan mencari bibit-bibit baru pesepakbola di Jepara, untuk kemudian dapat menjadi tulang punggung Persijap di masa datang, syukur-syukur bisa mengorbit ke level nasional. Bukan suatu hal yang mustahil, tapi juga bukan hal yang mudah.

Dalam waktu dekat pihak manajemen dan seluruh skuat Persijap akan mengadakan acara semacam "grenengan" dengan para suporter di stadion Gelora Bumi Kartini. Acara yang dimaksudkan untuk dapat saling berkomunikasi antara pihak klub dengan suporter, juga dengan tokoh-tokoh sepakbola di Jepara, yang diharapkan akan dapat memberikan gambaran mengenai apa yang akan dilakukan di musim yang akan datang.

Ya, Persijap tidak akan ke mana-mana, tetap akan ada di Jepara. Berlaga di kasta apapun barisan suporter baik yang tergabung dalam Banaspati, Jetman, Curva Nord Syndicate maupun suporter yang tidak tergabung di kelompok suporter manapun, akan tetap mendukung dan datang memenuhi stadion. Bagaimanapun, antara klub dan suporter itu seperti sepasang kekasih sejati yang tak bisa terpisahkan.

September 6, 2017

Milan Rasa Baru?

twitter.com

Semalam jendela transfer musim panas sudah ditutup, dan pergerakan Milan diakhiri dengan kepergian Mbaye Niang ke Torino. Namun hal ini masih menyisakan sebersit tanya di kalangan Milanisti. Karena mereka menganggap ada janji yang sebelumnya disampaikan oleh manajemen Milan tapi belum terpenuhi, yaitu pembelian seorang nama besar untuk memperkuat skuat Milan. 

Mirabelli mengatakan bahwa sebenarnya Aubameyang ingin kembali ke Milan namun apadaya Borussia Dortmund tidak mengijinkannya pergi. Padahal kedatangan Aubameyang sangat ditunggu-tunggu oleh Milanisti dan dianggap dapat memperkuat lini serang Milan. 

Pos striker saat ini diisi oleh Andre Silva, Nikola Kalinic dan Patrick Cutrone.  Sementara Andre Silva masih harus beradaptasi dengan iklim Serie A, Milan bisa berharap pada Kalinic yang sudah punya pengalaman di Serie A, juga penyerang belia Cutrone.

Hanya di posisi sayap kiri masih dianggap meragukan mengingat kondisi Bonaventura yang sedang cedera. Borini yang beberapa kali dicoba di posisi tersebut dianggap kurang maksimal. Tapi ingat, Milan masih punya Hakan yang selain bisa ditempatkan di pos belakang striker juga bisa dipasang di sayap. 

Dengan skuat yang ada sekarang Milan harus memaksimalkan semua potensi yang dimiliki. Pemilihan strategi, formasi dan rotasi oleh Vicenzo Montella akan sangat menentukan perjalanan Milan di kompetisi yang diikutinya, baik di Serie A maupun Eropa. Skuat juga harus meminimalkan resiko cedera yang menimpa pemain agar penampilan bisa maksimal. 

Forza Milan!

Suporter Tanpa Seragam


Layaknya seorang suporter sebuah kesebelasan yang berlaga di kompetisi sepak bola, baik di dalam negeri maupun luar negeri, hampir bisa dipastikan memiliki seragam yang menjadi ciri khas kesebelasan yang didukungnya. 

Seorang Madridista pasti mengoleksi seragam kebesaran El Real yang berwarna putih, atau seorang Milanisti yang akan mengoleksi seragam kebanggaan AC Milan berwarna merah-hitam. Seorang Jakmania akan mengoleksi seragam berwarna oranye yang menjadi kebanggaan kesebelasan Persija, atau seorang Panser akan mengoleksi seragam warna biru khas PSIS.

Seragam dapat diperoleh di berbagai tempat yang menjual berbagai macam pernik sepak bola, baik secara onlen maupun oflen, baik yang orisinil maupun tiruan. Saya tidak akan membahas soal itu.

Di dalam stadion di mana kesebelasan kebanggaan kita bertanding pasti akan didominasi oleh warna yang menjadi ciri khas kesebelasan itu. Namun di antara mereka yang hadir di stadion, ada juga yang memilih tidak mengenakan seragam yang sama dengan kesebelasan yang didukungnya. 

Mereka tampil apa adanya. Menggunakan pakaian yang bahkan mungkin tidak mencirikan sebagai seorang penggemar sepak bola. Mereka mengenakan pakaian kasual sehari-hari, atau kaos oblong dengan warna yang bisa jadi jauh berbeda dengan warna khas kesebelasan yang didukung.

Bukan berarti mereka tidak sepenuh hati dalam memberikam dukungan, bukan pula kadar kefanatikan mereka lebih rendah dari pada mereka yang "berseragam" itu. Semua itu berdasarkan pilihan mereka sendiri. Mereka mendukung dengan cara mereka sendiri, mereka pun mengkritisi penampilan kesebelasan yang didukungnya menurut cara mereka. Mereka tidak punya pemimpin untuk mengoordinir dan mengatur mereka. Mereka berdiri sendiri. Independen.

Mengenakan seragam atau tidak adalah sebuah pilihan, sebagaimana apakah kita akan bersepatu atau bersandal jepit ketika memasuki stadion. Namun dengan gairah yang sama mereka digerakkan untuk bersama-sama menuju stadion, mendukung kesebelasan yang dibanggakannya, dengan berseragam atau berpenampilan biasa saja.

August 28, 2017

Amor Fati, Persijap!

Situasi setelah pertandingan terhenti

Pertandingan terakhir di kandang berakhir dengan ketidak puasan. Protes keras, teriakan, hujatan hingga lemparan botol air mineral mewarnainya. Hal ini dipicu oleh keputusan wasit memberikan hukuman penalti yang dianggap kontroversial. Persijap menganggap bahwa halauan yang dilakukan oleh salah seorang pemain adalah bersih walau ada  seorang pemain Persibat terjatuh, bahkan hakim garis pun sempat menunjuk ke titik sepak pojok. Namun wasit tanpa konsultasi dengan hakim garis langsung menghadiahi kartu kuning kepada pemain Persijap.

Persijap langsung melakukan protes keras dan membuat pertandingan terhenti cukup lama. Walaupun sempat ditunjukkan video hasil rekaman pertandingan (yang secara regulasi apakah sudah digunakan atau belum), tetap tidak mengubah keputusan wasit. Hingga akhirnya protes terus dilakukan oleh Persijap hingga akhirnya pertandingan terhenti tanpa keputusan karena situasi yang tidak kondusif. Hal yang sungguh ironis mengingat bahwa sebelum pertandingan kedua tim menanda tangani Pakta Integritas anti suap dan korupsi di sepak bola Indonesia. 

Namun bagaimanapun juga wasit memiliki otoritas di lapangan yang tidak boleh diganggu atau diintervensi siapa pun. Lepas dari apakah keputusan yang diambil itu benar atau salah, merugikan satu pihak dan atau sebaliknya, wasit punya hak prerogratif di lapangan. Kalaupun ada ketidak puasan dari pihak-pihak yang terlibat, ada mekanisme yang bisa ditempuh, walaupun mungkin hasilnya belum tentu sesuai harapan.

***

Sudah bisa dipastikan musim depan Persijap akan berlaga di kasta yang lebih rendah dari sebelumnya, yaitu Liga 3. Mulai saat ini Persijap harus sudah mempersiapkan diri untuk menentukan nasibnya sendiri. Tidak harus berharap pada federasi, apalagi bergantung pada wasit.

Walaupun berlaga di Liga 3 tidak sepatutnya Persijap merasa takut akan ditinggalkan oleh suporternya, karena suporter sejati akan selalu setia mendampingi tidak hanya di saat bahagianya saja melainkan juga di waktu sakitnya. Pedih perih yang dialami oleh Persijap pasti juga dirasakan oleh suporter di belakangnya. Itulah cinta sejati. 

Yang perlu diingat adalah bahwa Persijap dengan manajemen yang baru ini memiliki program "Persijap 5 Years Plan", itu yang harus segera ditindak lanjuti dengan program-program lanjutan untuk pelaksanaannya. 

Jadikan program itu sebagai nilai lebih yang dimiliki oleh Persijap, karena tidak banyak tim yang memiliki program-program seperti itu. 

Bangkit dan bersiaplah, tidak perlu merutuki diri dan meratapi nasib. Cintai nasibmu sendiri.

***
(@dusone)

August 27, 2017

Sentimen Lokalitas dan Romantisme Fanatisme

Sepak bola di Indonesia tidak bisa tidak memang dekat dan lekat dengan sentimen kedaerahan. Hampir dari seluruh klub yang berlaga di kompetisi dari Liga 1 sampai ke level di bawahnya dapat kita jumpai sentimen itu, yang dapat dengan mudah ditemui dari penyebutan nama klub itu sendiri. Hal ini tidak lepas dari sejarah kompetisi persepak bolaan di negeri ini.

Pada era sebelum kompetisi dilebur menjadi satu, kompetisi terbagi menjadi 2 yaitu profesional dan amatir. Klub-klub profesional berasal dari bentukan perusahaan swasta dan murni dukungan pendanaan dari swasta. Sedangkan klub amatir berasal dari perwakilan federasi yang ada di daerah dan pada waktu itu mendapat sokongan dana dari Pemerintah.

Dari nama-nama klub dapat sekilas dapat diketahui sejarah dari klub itu sendiri. Misal Persija, merupakan klub berasal dari perwakilan federasi yang ada di wilayah Jakarta. Demikian pula dengan Persib, PSIS, Persebaya dan klub lainnya yang biasanya namanya dimulai dengan kata "Per" atau singkatan "PS", yang berasal dari kata persatuan sepak bola.

Bandingkan dengan Semen Padang yang walaupun mengusung nama daerah Padang, tapi klub tersebut didanai oleh Perusahaan Semen di Padang. Atau kalau mau menyebut juga, dulu pernah ada klub bernama Krama Yudha Tiga Berlian, Mastrans Bandung Raya, Pelita Jaya atau Pupuk Kaltim.

Di saat ini setiap klub dituntut untuk menjalankan profesionalisme dalam mengelola klub layaknya sebuah perusahaan. Apalagi setelah pelarangan penggunaan dana pemerintah untuk membiayai klub sepak bola.






Romantisme Fanatisme.
Seseorang dapat dengan mudah mengidentifikasikan dirinya pada sebuah klub yang digemarinya. Kegemaran ini bisa berawal dari kesamaan lokalitas asal antara si penggemar dengan klub. Misal seseorang yang berasal dari Jakarta bisa jadi dia akan menjadi suporter dari Persija, dan sampai kapan pun dia akan tetap loyal kepada klub.

Akan menjadi sedikit pelik ketika pada suatu waktu karena suatu dan lain hal dia berpindah domisili yang jauh dari tempat asalnya, misal di Jayapura. Apakah dia tetap menggemari Persija? Ataukah berganti menjadi penggemar Persipura? Atau menggemari keduanya? Bagaimana jika kedua klub tersebut bertanding saling berhadapan, gejolak apa yang dirasakannya?

Lain halnya jika seseorang menggemari sebuah klub berasal dari kegemaran dia terhadap seorang pemain, dengan kata lain dia lebih loyal terhadap seorang pemain daripada terhadap klub. Misal seseorang menjadi seorang Milanisti hanya karena sebelumnya dia telah menggemari Ronaldo sejak dia bermain di Real Madrid. Karena pada akhirnya Ronaldo pindah ke AC Milan, maka dia tidak lagi menjadi penggemar Real Madrid lagi tapi mengikuti kemana klub Ronaldo bermain.

Seseorang yang menggemari klub sepak bola berangkat dari kesenangan terhadap klub itu sendiri akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap klub. Apa pun yang terjadi dan menimpa klub yang digemarinya tidak akan mengubah perasaannya itu. Hal ini beberapa bulan lalu ditunjukkan oleh para Milanisti ketika menghadapi persoalan salah seorang bintangnya enggan memperpanjang kontrak, Milanisti mengecam dan meneror si pemain itu, meskipun pada akhirnya kedua pihak berbaikan dan bersalaman.

Anda termasuk yang mana?

Agama Dengan Banyak Sekte dan Nabi

Selain agama yang sudah banyak dikenal di belahan dunia manapun, sepertinya ada "agama" baru yang memiliki pemeluk yang jumlahnya sangat banyak di seantero dunia.

Agama baru ini, seperti agama-agama yang sudah eksis sebelumnya, juga memiliki banyak aliran atau sekte, dan masing-masing sekte memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Meskipun pola dasarnya tetap memiliki kemiripan.

Tiap sekte juga memiliki nabi masing-masing, yang selain dijadikan idola dan panutan, mereka juga menganggap sebagai dewa penyelamat. Sorak sorai dan riuh gemuruh akan terdengar setiap kali nama mereka bergema di tempat peribadatan mereka.

Bicara soal fanatisme, agama baru ini juga memiliki fanatisme yang begitu menggelorakan semangat dan daya juang di setiap pemeluk teguhnya. Jangan tanya apa yang sanggup mereka lakukan ketika agama mereka dihinakan, dinistakan, dikalahkan, dengan jantan atau penuh kecurangan. Mereka, para fanatik ini akan dengan suka rela dan siap sedia berkorban jiwa dan raga mereka.

[Google.com]
Banyak kisah soal pertikaian para fanatik ini terjadi, antara sekte yang satu dengan sekte yang lain, antara distrik yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, pernah terjadi ketika sekelompok fanatik sekte lain akan bepergian ke lain distrik ketika melewati distrik yang di masa sebelumnya pernah bertikai dengan kelompok tersebut, maka alat angkutan yang digunakan tidak pernah luput dari lemparan batu dan benda-benda keras lainnya. Dan masih banyak kisah-kisah sejenis yang tercatat secara detail di sejarah perjalanan agama ini.

Namun beberapa waktu belakangan ini, hubungan para fanatik masing-masing sekte ini semakin hari semakin membaik, bahkan saling dukung ketika fanatik sekte yang satu sedang bersusah payah memperjuangkan sektenya agar mendapat pengakuan dari otoritas tertinggi agama baru ini.

Kini yang sering terdengar dan lewat di media sosial adalah kisah-kisah persahabatan antara fanatik sekte yang satu denhan sekte yang lain. Maka jangan heran jika suatu ketika kita mendapati di sebuah kedai kopi ada sekelompok fanatik berbagai sekte berkumpul dengan membawa atribut masing-masing, serta mengenakan seragam kebanggaan yang bertuliskan nama nabi-nabi agama mereka: Ibrahimovic, Beckham, Ronaldo atau bahkan Boaz!

August 26, 2017

Milan Itu (Hanya) Merah

Hari-hari ini sepertinya menjadi hari yang membahagiakan bagi para Milanisti. Kenapa bisa?

Alasan pertama adalah karena klub kebanggaan mereka, AC Milan, mengawali musim 2017/2018 dengan 5 kemenangan dan semuanya tanpa kebobolan. Clean sheet istilah terkenalnya, yang kalau menurut Ivan Lanin jika diindonesiakan menjadi "Nirbobol".

Tentu saja performa yang cukup meyakinkan di awal musim ini menjadi kampanye yang cukup bagus buat memberi harapan dan jawaban dari keinginan Milanisti terhadap Milan era baru, meski lawan-lawan yang dihadapi tidak bisa dikatakan berada pada level yang sama dengan Milan. Namun akan menjadi bekal yang dapat memberikan kepercayaan diri bagi para pemain baru, utamanya para pemain yang belum pernah merasakan atmosfer liga Italia.

Gullit, van Basten, Rijkaard. -twitter.com-
Sedangkan alasan kedua yang mungkin bisa dijadikan bahan bagi Milanisti untuk membully para fan klub tetangga, Milan Biru. Sebabnya adalah beberapa waktu lalu, Erick Thohir yang nota bene adalah Presiden Klub Inter Milan dalam sebuah wawancara memberikan komentar sebagai berikut, "Saya menjadi fan Inter, terutama sejak mereka merekrut trio Belanda".

Sebenarnya jawaban Erick Thohir itu jawaban biasa saja, jika diucapkan oleh seseorang yang tidak berkecimpung di dunia sepak bola, apalagi berada dalam posisi sebagai Presiden sebuah klub sepak bola.

Penggemar sepak bola di seluruh dunia tentu tahu, bahwa klub Italia yang merekrut trio Belanda dan memberikan prestasi fenomenal adalah AC Milan bukan Inter. Trio Belanda tersebut adalah Frank Rijkaard, Ruud Gullit dan Marco Van Basten. Orang lebih mengenal Trio Jerman sebagai pemain yang direkrut oleh Inter Milan.

Apa yang terjadi pada Erick Thohir tersebut lantas disikapi dengan guyonan oleh banyak akun Milanisti di media sosial. Mereka antara lain mengatakan: "Bahwa di lubuk hati terdalam, Erick Thohir adalah seorang Milanisti. Tapi karena uangnya tidak cukup untuk mengakuisisi Milan dia akhirnya milih Inter", "Itu membuktikan bahwa sebenarnya di Milan itu hanya ada satu klub saja yaitu AC Milan". Ada juga yang mengatakan "Mungkin sepengetahuan Erick Thohir, AC Milan dan Inter Milan itu satu klub".

Mungkin itu yang membedakan betapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengakuisisi AC Milan dibandingkan waktu Inter diakuisisi. Karena Silvio Berlusconi sebagai pemilik AC Milan sudah memperlakukan AC Milan seperti anak kandungnya sendiri, sehingga dia butuh jaminan bahwa orang yang kemudian akan mengasuh AC Milan nantinya adalah orang yang tepat, yang juga menyayangi AC Milan. Tidak hanya persoalan bisnis semata.

August 24, 2017

Maturnuwun, Mbak Esti

bolalob.com
Keberadaan sebuah klub sepak bola tidak bisa dilepaskan dari kehadiran suporter yang siap mendukungnya, baik saat kandang maupun tandang. Inilah yang bisa dijadikan modal untuk klub itu semakin berkembang dan lebih baik lagi.

Kehadiran seorang perempuan bernama Esti Puji Lestari di manajemen Persijap, bagaimanapun dianggap membawa angin segar bagi kelangsungan nasib klub dari Jepara tersebut, setelah belakangan sering berkutat dengan permasalahan di bidang manajemen. Apalagi ketika mencanangkan program "Persijap 5 Years Plan" yang antara lain adalah komitmen untuk modernisasi manajemen tim, memasyarakatkan peraturan sepak bola, pembinaan usia muda, peningkatan infrastruktur hingga keberadaan tim wanita. 

Angin segar yang berhembus ini disikapi optimis oleh para suporter Persijap yang selalu meramaikan stadion kebanggaan Gelora Bumi Kartini maupun ketika bertanding di kandang lawan. Dengan harapan agar Persijap yang berlaga di Liga 2 bisa promosi di Liga 1. 

Namun hingga tinggal menyisakan 2 pertandingan lagi, harapan itu tidak bisa terpenuhi, bahkan terancam untuk degradasi ke Liga 3. Apakah degradasi suatu aib? 

***
Seperti diketahui mengelola sebuah klub sepak bola tidak semudah membalikkan telapak tangan, atau semudah menulis opini seperti ini, misalnya. Tapi butuh dukungan berbagai hal untuk mencapai kesuksesan, seperti tim pelatih, pihak manajemen, pemain, infrastruktur serta suporter itu sendiri.

Boleh saja suporter menuntut tinggi kepada klub agar berprestasi sehingga patut untuk menjadi kebanggaan, tapi sudah semestinya juga suporter mengetahui kondisi dari klub. Bagaimana manajemennya, pelatihnya, pemainnya, dan bisa jadi juga hal-hal non teknis lainnya di sepak bola.

Mungkin yang terlihat di atas lapangan adalah dianggap sebagai cerminan dari wajah klub itu sendiri. Misalnya pemain yang tidak memiliki fighting spirit sehingga mudah menyerah, padahal tidak hanya skill yang dibutuhkan tapi mental bertanding yang juga akan dapat mengubah hasil permainan. 

Membangun sebuah klub untuk berprestasi tidak bisa seperti Bandung Bondowoso yang dengan bantuan mahluk halus dapat membangun candi dalam waktu semalam. Dibutuhkan waktu serta dana yang tidak sedikit, juga ketepatan dalam memilih pelatih serta pemain untuk klub. 

Bagaimanapun terima kasih mbak Esti yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk persepak bolaan di Jepara. Tidak ada yang mustahil di sepak bola, tapi juga tidak ujug-ujug. AC Milan, Real Madrid dan klub-klub besar lainnya tidak dibangun dalam waktu semalam.

August 21, 2017

Welcome, NK!



Hari Senin tanggal 21 Agustus 2017 Nikola Kalinic melakukan tes medis di AC Milan, dan dikabarkan akan segera tanda tangan kontrak pada malam harinya waktu setempat. Berapa nilainya? Nilai transfernya mencapai sekitar 25 juta €. 

Apa yang membuat Milan mendatangkan Kalinic yang merupakan opsi terakhir setelah kesulitan mendatangkan Andrea Belotti, Pierre Emerick Aubameyang maupun Diego Costa? Vicenzo Montella tentu yang paling tahu apa kebutuhan timnya, dan dia juga menginginkan striker yang sudah berpengalaman di Serie A.

Dengan gol sebanyak 33 dari 63 pertandingan sewaktu membela Fiorentina, bukanlah rekor yang buruk untuk seorang striker. Apalagi pengalaman bertanding di Serie A bisa jadi akan menguntungkan dalam proses  adaptasi tim, mengingat beberapa pemain yang didatangkan berasal dari luar Italia dan belum mengenal kultur liga Serie A. Faktor terakhir ini yang akan membantu Kalinic menapak jalan sukses karirnya di klub sebesar AC Milan.

Kedatangan Kalinic akankah berpengaruh pada formasi yang dipakai oleh Milan? Tentu saja. Sedikit banyak akan memberi pengaruh terhadap gaya permainan dan serangan Milan. Tubuh tinggi Kalinic akan mempermudah untuk menjangkau umpan-umpan silang dari sayap-sayap Milan. Ini yang membedakannya dengan Andre Silva maupun Patrick Cutrone.

Satu lagi keuntungan bagi Milan setelah memiliki Kalinic, dia bisa menjadi mentor bagi dua penyerang muda milik Milan (Silva dan Cutrone), sehingga tongkat estafet penyerang-penyerang Milan tidak akan kendor dan mengalami hambatan, dan dapat meneruskan sejarah kehebatan Andry Shevcenko, Filippo Inzaghi, Oliver Bierhoff maupun yang lainnya.

Welcome Nikola Kalinic! #ForzaMilan

August 19, 2017

Di Bawah Atmosfer Yang Sama



Sudah berapa banyak korban suporter yang mati karena sepak bola? Entah itu ketika masih berada di lingkungan stadion atau pun ketika pertandingan sudah usai dan tempat yang jauh dari arena pertandingan.

Mungkin sudah untuk yang ke-sekian kali kata-kata "Ini yang terakhir!" digemakan, tapi kejadian yang sama juga tetap berulang.

Fanatisme selalu dianggap sebagai biang terjadinya gesekan antar suporter. Suporter yang pernah bermasalah dengan suporter klub lain akan selalu menyimpan memori yang tak akan mudah dilupakan entah sampai kapan.

Misal, suporter klub A pernah punya gesekan dengan suporter klub B. Suatu ketika suporter klub A tersebut akan mendukung klubnya bertanding melawan klub C yang di perjalanannya akan melewati basis suporter klub B. Secara tidak langsung  suporter klub A akan siaga dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan adanya cegatan dari suporter klub B. Atau bisa juga suporter klub A vis a vis dengan klub B. Seperti itu dan seterusnya. Sampai kapan?

Pihak operator kompetisi maupun federasi yang menaungi persepak bolaan sebenarnya sudah melakukan hal-hal yang dipandang bisa meredakan gejolak dan gesekan antar suporter, seperti memisahkan antara dua klub yang memiliki catatan negatif polah suporternya di grup atau wilayah yang berbeda. Tapi tetap saja kejadian sering kali berulang. Lagi dan lagi.

Janji dan ikrar perdamaian antar suporter yang (mungkin) diwakili oleh pentolan-pentolan kelompok suporter bisa menjadi suatu usaha yang patut diapresiasi untuk turut mendinginkan situasi panas antar suporter. Tapi hal seperti itu perlu ditindak lanjuti dengan aksi nyata di tingkat akar rumput, karena yang paling rawan gesekan adalah yang berada di tingkat bawah.

Pro dan kontra di dalam kelompok suporter sendiri tentang adanya keinginan perdamaian antar suporter pun pasti ada. Itu yang harus juga dapat diredam oleh pentolan-pentolan suporter dalam kelompoknya.

Loyalitas dan pembelaan terhadap klub di dalam stadion pasti akan selalu dilakukan oleh suporter di mana pun di seluruh dunia. Tapi sebaiknya tidak perlu dibawa sampai ke luar stadion. Kebencian dan dendam terhadap suporter klub lain sudah seharusnya dihentikan atas nama apapun. Tidak perlu dilanjutkan, apalagi diwariskan kepada generasi yang bahkan tidak tahu menahu bagaimana rivalitas itu terbentuk pada awalnya.

Di bawah atmosfer sepak bola yang sama sudah sepatutnya prestasi yang jadi tujuan mulia, bukan memupuk dendam untuk dilampiaskan di masa yang akan datang.

August 15, 2017

The Next Number 7

Pada sebuah klub sepak bola wajar adanya sebuah nomor punggung diistimewakan atau bahkan dikeramatkan. AC Milan misalnya, nomor punggung 3 dan 6 dipensiunkan. Jika  nomor punggung 3 dipensiunkan sementara karena dicadangkan untuk dinasti Maldini berikutnya, nomor punggung 6 bahkan dipensiunkan selamanya sebagai penghormatan kepada loyalitas dan dedikasi Franco Baresi.

Nomor punggung tertentu juga identik dengan posisi tertentu. Misalnya nomor punggung 9, 10 atau 11 identik dengan posisi penyerang, nomor punggung 1 hampir bisa dipastikan menjadi milik seorang kiper. Begitu juga dengan nomor-nomor punggung lainnya.

Di skuad AC Milan musim 2017/2018 saat ini sudah dirilis nomor punggung yang akan digunakan oleh para punggawa AC Milan dalam mengarungi kompetisi. Ada satu nomor keramat yang masih belum dipakai siapa pun di skuad yang ada. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi terkait masih tersedianya slot pemain yang berhak memakai nomor istimewa tersebut.

skysport.com


7, ya nomor punggung 7. Dulu pernah dipakai oleh beberapa penyerang AC Milan di antaranya adalah Andry Shevchenko, Ricardo Oliveira, Alexandre Pato, Robinho, Jeremy Menez dan Gerard Deulofeu.

Spekulasi yang beredar mengenai siapa yang akan mewarisi nomor punggung istimewa itu mengerucut pada satu nama yaitu Piere Emerick Aubameyang, yang walaupun dalam beberapa statemennya di media sosial nampak memberi angin akan kembali ke AC Milan akan tetapi terkendala dengan besarnya nilai transfer yang diminta Borussia Dortmund.

Musim transfer yang sebentar lagi akan berakhir membuat spekulasi berembus kencang, apalagi dikabarkan bahwa Mirabelli dan Fassone sedang menunggu kucuran dana tambahan untuk mendatangkan seorang penyerang top.

Selamat menunggu kejutan berikutnya dari AC Milan.

August 10, 2017

Siapa Nama Besar Itu, Milan?


goal.com

Duet Fassone dan Mirabelli pernah mengatakan jika manajemen AC Milan akan mendatangkan seorang bernama besar di tim yang berjuluk Rossonerri tersebut, dan pos yang akan diisi oleh si nama besar itu mungkin berada di posisi penyerang.

Setelah sebelumnya dihubung-hubungkan dengan nama Alvaro Morata (eks Real Madrid yang sekarang bergabung di Chelsea), Piere Aubameyang (Dortmund), Nikola Kalinic (Fiorentina) dan Andrea Belotti (Torino), kini AC Milan juga dihubungkan dengan Diego Costa (yang tidak mendapat tempat di Chelsea seiring kedatangan Alvaro Morata), dan Zlatan Ibrahimovic yang sekarang berstatus bebas transfer.

Diego Costa sudah mendapat jaminan dari Conte bahwa dia tidak menjadi pilihan utama musim ini, sudah semestinya jika dia ingin bermain secara reguler demi kelangsungan karirnya di tim nasional Spanyol. Costa juga ingin tetap bermain di level yang tinggi untuk menjaga performanya.

Sedangkan Ibra yang walaupun usianya sudah tidak muda lagi masih dipandang sebagai sosok ideal dan bisa menjadi pemimpin dan juga panutan bagi para pemain muda yang ada di AC Milan. Ibra juga masih sangat dicintai oleh para Milanisti di seluruh dunia.

Namun cinta terbesar Milan mungkin hanyalah kepada Aubameyang, pemain yang pernah menjalani karir belianya di AC Milan ini diharapkan untuk bisa kembali pulang ke rumahnya. Namun jalan terjal harus dilalui AC Milan setelah Dortmund menolak tawaran yang pernah diajukan AC Milan. Aubameyang secara tersirat pernah menyatakan jika kegagalan perginya ke Milan bukan karena soal perasaannya tapi karena hal lain.

Baru-baru ini AC Milan dikabarkan sudah mengajukan proposal penawaran kepada AS Monaco untuk mendapatkan Radamel Falcao, sebagai sosok striker untuk menjadi andalan di lini depan AC Milan. Tapi sejauh ini AS Monaco masih belum menerima tawaran yang diajukan.

Sedangkan soal Kalinic, sepertinya dia hanya akan menjadi ban serep ketika AC Milan gagal memboyong salah satu dari empat nama yang sudah disebutkan sebelumnya (Costa, Ibra, Auba dan Falcao). 

Siapa si nama besar itu, mister?

August 1, 2017

Di Antara Lemparan Batu dan Pentungan Polisi

solopos.com


Tiba-tiba di akhir pertandingan ada banyak sekali pecahan genteng dan batu yang beterbangan di udara yang berasal dari luar stadion. Kami yang berada di dalam stadion langsung berhamburan menghindarkan diri dan mencari tempat untuk berlindung dari lemparan batu dan pecahan genteng itu. Yang paling banyak dituju adalah berada tepat di balik dinding stadion, karena dirasa tempat tersebut tempat yang paling aman.

Adanya pelemparan batu dan pecahan genteng ke dalam stadion membuat pihak keamanan menjadi beringas dan merangsek ke arah penonton bermaksud mengusir mereka keluar dari stadion. Dengan menggunakan pentungan yang digerakkan mobat-mabit sedemikian rupa bisa mengenai bagian tubuh manapun dari kami yang ada di dalam. Sementara kami tak tahu menahu dengan kejadian adanya pelemparan dari luar stadion.

Kami yang di dalam tidak pernah tahu apa yang menjadi penyebab timbulnya kerusuhan dari suporter di luar stadion dengan melakukan pelemparan ke dalam stadion, yang bisa saja suporter yang ada di dalam stadion adalah teman, saudara atau tetangga mereka. Yang pasti kami yang di dalam adalah pendukung tim yang sama dengan yang ada di luar stadion.

Asumsi yang berkembang setelah berakhirnya kericuhan itu yang menjadi pemicu adalah larangan untuk masuk dari pihak panitia pelaksana dan pihak keamanan kepada suporter yang tidak memiliki tiket atau bisa jadi karena kehabisan tiket masuk. Suporter yang ngamuk membakar dan menghancurkan  loket penjualan tiket serta melakukan pelemparan ke dalam stadion.

Kejadian itu saya alami ketika sepulang kuliah mampir ke Jatidiri bermaksud untuk menonton pertandingan klub kebanggaan publik Semarang yaitu PSIS. Saya lupa siapa lawan PSIS kala itu, hanya waktu kejadiannya di kisaran tahun 1995-1996 an.

***

Terjebak di situasi seperti yang saya ceritakan sebelumnya itu yang kalau dituliskan dalam sebaris kalimat mungkin akan menjadi "Maju Kena Mundur Kena", seperti judul film Warkop DKI.

Bagaimana tidak, kami yang di dalam stadion terjebak dan berlindung dari ancaman kena lemparan batu dan pecahan genteng dari luar stadion, sementara dari dalam stadion sendiri kami juga harus terus bergerak dan berjuang menghindar dari amukan pihak keamanan yang mencoba mengusir kami dengan pentungannya.

Kalau pun terpaksa masih terkena pukulan atau lemparan, terima saja, itu adalah nasib dan harga yang harus kami terima dalam mendukung tim kebanggaan kami.

Lantas apakah dengan kejadian tersebut membuat saya dan orang-orang lain yang mencintai sepak bola kapok untuk pergi ke stadion, dan memilih kenyamanan dengan menyaksikan pertandingan di dalam kamar di depan televisi?

Tidak. Saya yakin masih banyak yang tidak kapok untuk menonton langsung sepak bola di stadion. Bahkan saya sering mengajak anak-anak untuk ikut pergi ke stadion dan menikmati euphoria di sana.

***

July 30, 2017

Teriakan dari Tribun



"Football is nothing without fans" -- Jock Stein.

Orang berbondong-bondong pergi ke stadion. Ada yang berkelompok, ada yang sendirian. Namun tujuan mereka sama, mendukung tim kebangaan mereka secara langsung di stadion.

Di dalam stadion dengan atmosfer yang serupa, mereka sama-sama menyuarakan tuntutan yang tak berbeda: permainan atraktif dan kemenangan. Maka tak heran jika di dalam stadion bertebaran spanduk-spanduk dari para fans atau suporter yang dipasang mengelilingi lapangan pertandingan.

Isi dan tulisan pada spanduk itu bermacam-macam. Rata-rata menuliskan identitas kelompok fans atau suporter tersebut: seperti nama, asal dan julukan mereka. Ada juga yang berisi harapan dan pesan-pesan pembakar semangat buat tim yang didukung.

Selama pertandingan berlangsung, dari setiap sudut stadion akan terdengar suara-suara yang semakin menambah riuh dan gemuruh suasana pertandingan. Entah itu nyanyian dari sekelompok fans atau suporter, atau teriakan-teriakan secara lantang yang dilakukan oleh orang per orang. Teriakan yang  bisa berupa dukungan atau pun hujatan.

Segalanya tergantung dengan situasi yang berjalan di atas lapangan. Jika tim yang didukung menampilkan permainan yang menarik hingga memperoleh kemenangan, maka aplaus dan kata-kata sanjungan akan terdengar.

Namun ketika tim yang didukung tidak menampilkan performa seperti yang diharapkan, atau bahkan sampai menderita kekalahan, jangan kaget jika banyak sekali umpatan, kata-kata kasar dan tidak pantas akan terdengar di seantero penjuru stadion. Sebagai misal adalah "Wasit An**ng!", "Pelatih Gobl*k!" atau bisa juga ungkapan bernada sarkasme seperti "Selamat Datang Degradasi!" dan lain sebagainya.

Siapa yang dihujat? Pertama mungkin wasit yang dianggap sebagai biang kekalahan karena kepemimpinan dan keputusannya banyak merugikan tim yang didukung, lalu disusul si pelatih karena dianggap tidak becus melatih timnya. Kemudian umpatan dan hujatan juga akan diberikan kepada manajemen klub yang dianggap tidak mampu memenuhi ekspetasi dari para fans atau suporter.

Bagaimana dengan pemain? Hampir selalu, para pemain ini lolos dari hujatan. Karena dianggap mereka hanya menjalankan perintah dan arahan dari tim pelatih, sehingga pangkal dari kegagalan adalah tim pelatih dan manajemen itu sendiri.

Hal yang wajar ketika rasa kecewa timbul karena harapan yang digadang-gadang tidak juga kesampaian, sehingga muncul umpatan, hujatan dan sejenisnya. Klub tidak bisa menafikan hal itu dan menganggapnya sebagai angin lalu. Bagaimanapun klub dan fans atau suporter saling berkelindan ketegantungan.

Klub butuh dukungan fans atau suporter untuk memberi semangat dan pemasukan kepada klub lewat penjualan tiket atau pun merchandise. Dan fans atau suporter butuh klub untuk dijadikan sebagai simbol kebanggaan dan wadah meluapkan ekspresinya. Simbiosis mutualisme yang mesti terus dipupuk dan dijaga keberadaannya.

***

July 28, 2017

Gila-Gilaan Milan Yang Membahayakan

Setelah Yonghong Li menjadi pemilik dari AC Milan, gairah baru mulai dirasakan oleh seluruh orang yang bersinggungan dengan AC Milan. Mulai dari jajaran manajemen, tim pelatih, para pemain dan tentu saja para Milanisti di seluruh dunia. Bagaimanapun AC Milan merupakan klub sepak bola dengan jumlah fans terbanyak nomor 6 di seluruh dunia, dan yang tertinggi dibandingkan klub dari Serie A lainnya.

Euphoria yang dirasakan tentunya berkaitan dengan adanya harapan bahwa masuknya investor akan dapat menaikkan kembali pamor Milan ke jajaran klub elit dunia, dan juga mengembalikan prestasi Milan sebagaimana pada masa kejayaannya dulu. Sah-sah saja orang selalu mengingat-ingat kenangan manis tempo dulu.

Dan seperti menemukan takdirnya, geliat Milan dimulai dengan belanja pemain yang bahkan terkesan jor-joran. Riccardo Rodriguez, Matteo Mussachio, Andre Silva, Franck Kessie, Fabio Borini, Antonio Donnarumma, Lucas Biglia dan Leonardo Bonucci adalah sederet nama yang sudah berhasil Milan rekrut. Bahkan manajemen Milan masih menjanjikan akan mendatangkan setidaknya dua pemain lagi yang sampai pada saat ini masih dalam proses pendekatan.

Belanja Milan yang gila-gilaan ini dan sudah mencapai sekitar €155 juta sampai pada saat tulisan ini ditayangkan membuat para Milanisti di seluruh dunia menyambutnya dengan gembira. Mereka yang biasanya selalu menggunakan hashtag #weareacmilan dalam setiap perbincangan di media sosial sekarang mempunyai kebangaan baru yaitu hashtag #wearesorich. Hal ini tentu saja sedikit banyak bisa membuat para Milanisti menjadi besar kepala. Hal yang cukup wajar.

Namun ada juga hal yang perlu mendapatkan perhatian dari manajemen maupun Milanisti di seluruh dunia.

Pertama, bahwa tidak ada hal instan untuk sebuah prestasi. Perlu kerja keras dan dedikasi yang penuh dari setiap jajaran AC Milan. Mimpi boleh tinggi, tapi perilaku tetap membumi. Perjalanan AC Milan untuk menuju puncak masih jauh dan terjal.

Yang kedua adalah terkait kebijakan transfer, bahwa di UEFA dikenal aturan Financial Fair Play yang memang harus benar-benar diperhatikan oleh jajaran manajemen AC Milan. Walaupun pimpinan FFP Andrea Traverso mengatakan, "Milan tidak akan terdampak pada regulasi. Kami tahu Milan melakukannya untuk meraih prestasi". Namun jangan sampai kebijakan transfer ini akan merugikan langkah AC Milan di masa datang.

Jadi, mari kita sambut AC Milan era baru dengan segenap gairah yang memerah hitamkan jiwa kita semua. Forza Milan!

google.com

July 27, 2017

Milan Belum Lunasi Transfer Bonucci dan Biglia

AC Milan yang melakoni laga melawan Craiova di Liga Europe tidak menyertakan Leonardo Bonucci dan Lucas Biglia, kedua pemain yang baru saja ditransfer dari Juventus dan Lazio.

Banyak yang menyangka bahwa hal itu karena AC Milan telah melewati tenggat waktu yang ditetapkan oleh UEFA untuk melakukan pendaftaran pemain. Akan tetapi ternyata dari berbagai berita yang beredar di media, AC Milan belum membayar uang transfer kedua pemain tersebut, dikarenakan kesulitan mendapatkan bank garansi untuk melakukan pembayarannya.

Namun Fassone memberikan keterangan bahwa hal itu (pembayaran transfer) akan dilaksanakan pada 11 Agustus mendatang, sehingga Leonardo Bonucci dan Lucas Biglia dapat dimainkan di pertandingan resmi yang dilakoni AC Milan.

Dan selama pembayaran itu belum dituntaskan AC Milan tidak boleh memainkan kedua pemain tersebut pada laga resmi yang dilakoninya.

google.com

July 23, 2017

Kipernya di Belakang Gawang

(ilustrasi foto dari Bable.com)
Pada turnamen kali ini dalam beberapa pertandingan, gawang dari klub Inter Miring  sangat sulit sekali dibobol oleh pemain lawan. Selalu saja ada alasan atau penyebab kegagalan mengegolkan bola ke gawang. Lewat cara apapun yang sudah dilakukan -sundulan, tendangan bebas, tendangan jarak jauh, bahkan tendangan penalti- tapi tidak pernah terjadi gol.

Kalau bolanya tidak membentur gawang, pasti melenceng di samping kanan atau kiri gawang, atau jauh melambung di atas gawang sampai kadang bolanya hilang karena langsung nyemplung ke kali di sebelah utara lapangan.

Sampai pertandingan ke 10 ini, FC Inter Miring masih mempuncaki klasemen dengan nilai sempurna karena tidak pernah terkalahkan. Dan pertandingan selanjutnya adalah melawan klub AC Mistis. 

AC Mistis ini sendiri saat ini berada di posisi kedua di bawah FC Inter Miring, dengan nilai terpaut dua poin saja. Sehingga kalau kali ini AC Mistis dapat mengalahkan FC Inter Miring, posisinya akan naik menjadi yang teratas di klasemen sementara. 

AC Mistis kemudian dalam persiapannya untuk melawan FC Inter Miring terus menganalisa rekaman-rekaman pertandingan lawannya itu. Dari pola atau skema yang dipakai, dari gaya main yang diterapkan, kemudian mencatat siapa saja pemain yang paling berbahaya di kubu lawannya itu. Tapi tidak juga  dapat ditemukan satupun titik kelemahan yang dapat dimanfaatkan untuk mengalahkan mereka.

Tiba-tiba manajer AC Mistis teringat bahwa klubnya pernah menarik seorang gelandang yang pernah terbuang dari FC Inter Miring, maka dipanggillah Klerensidop yang selama ini belum pernah dimainkan -karena dimainkan di tim yunior- untuk ikut menganalisa rekaman pertandingan tersebut.

Pada salah satu rekaman, Klerensidop menunjuk sesuatu di belakang gawang sebelah utara. Pada saat itu cuaca cukup cerah bahkan tidak ada mendung sedikitpun. Tapi ada yang aneh di rekaman, yang selama ini tidak begitu diperhatikan oleh analis-analis profesional klub AC Mistis, yaitu ada seseorang yang menggunakan payung dan di saat-saat tertentu payungnya dibuka dan ditutup. Kemudian mereka memeriksa rekaman-rekaman yang lain, dan ternyata hal seperti itu terjadi. 

Setiap FC Inter Miring diserang, orang itu menutup payungnya, sehingga tidak terjadi gol. Tetapi ketika FC Inter Miring menyerang, orang itu lalu membuka payungnya. Dan tak jarang bisa terjadi gol di gawang lawan.

***

Mendekati hari pertandingan, salah seorang staf AC Mistis ditugasi untuk mencari dan mengintai orang tersebut. Kalau sudah ketemu, dia harus mengajak bicara terus menerus sehingga konsentrasinya terpecah dan orang itu tidak bisa menjalankan apa yang biasa dilakukannya.

Akhirnya tibalah hari pertandingan itu. Kedua kesebelasan sudah bersiap di lapangan menunggu wasit meniup peluit tanda pertandingan. Dan berlangsunglah pertandingan seru tersebut, antara peringkat 1 dan 2 klasemen sementara.

Sampai menit ke 60 ini kedudukan masih sama kuat 0-0 dengan beberapa peluang dari AC Mistis yang gagal karena melenceng dan membentur gawang.

Pada menit ke 75 petugas rahasia AC Mistis sudah berhasil menemukan orang berpayung itu, dan mengajaknya ngobrol entah soal apa saja, yang penting ngobrol terus. Pada saat itu juga posisi AC Mistis sedang menyerang habis-habisan FC Inter Miring dari segala penjuru. 

Pada saat sepak pojok, Bikam menendang lambung ke arah depan gawang, bola kemudian disundul oleh bek FC Inter Miring yang bernama Mastrasi, tapi bola sundulan itu malah jatuh di kaki Bagyo yang langsung menendang dengan akurat ke arah gawang FC Inter Miring dan gol! Gol? Ya, benar-benar gol! 

Ketika gol itu terjadi, ada seseorang di belakang gawang yang terkejut dan tanpa sadar berucap, "Aduh, lupa aku!", sambil menutup payungnya yang terbuka.

***

July 21, 2017

Antara Belotti dan Kalinic

Belotti & Kalinic. google.com

Setelah mendatangkan Andre Silva dari Porto dan Fabio Borini dari Sunderland, Milan masih mengincar sejumlah nama untuk mengisi pos penyerang. Nama-nama yang rajin menghiasi berita soal transfer Milan antara lain adalah Andrea Belotti (Torino), Nikola Kalinic (Fiorentina), Alvaro Morata (Real Madrid) dan Piere Aubameyang (Borussia Dortmund).

Dari keempat nama tersebut dua diantaranya sudah hampir bisa dipastikan tidak akan memperkuat Milan musim depan, yaitu Aubameyang dan Morata. Dortmund enggan menerima pinangan dari Milan dan memutuskan tidak melepas Aubameyang, sedangkan Morata lebih memilih untuk teken kontrak dengan Chelsea. Sehingga tinggal menyisakan Kalinic dan Belotti.

Proses transfer Belotti akan menempuh jalan panjang yang jelas tidak akan mulus dan mudah. Torino meminta harga yang cukup tinggi untuk seorang striker muda yang walaupun bertalenta tapi belum memiliki cukup pengalaman di level Eropa. Sementara release clause Belotti yang mencapai angka €100 M pun dinilai terlalu tinggi untuk ukurannya.

Jika transfer Belotti gagal, Kalinic menjadi nama terakhir yang diharapkan dapat direkrut Milan sebelum mengarungi musim kompetisi yang akan datang. Meski Kalinic secara pribadi menunjukkan minatnya bergabung dengan Milan, tetapi Fiorentina masih menunggu nilai yang pantas untuk seorang Kalinic.

Dari berbagai tanggapan dan polling yang beredar di dunia maya, Milanisti cenderung mengharapkan seorang Andrea Belotti yang dapat direkrut oleh Milan, namun dengan nilai yang wajar. Mereka tidak ingin masuknya Yonghong Li dengan investasinya yang besar ke Milan menjadikan kesempatan bagi klub-klub lain untuk memasang harga semaunya pada pemain yang diincar Milan.

Jadi, siapa yang akan mengisi pos penyerang Milan musim depan? Belotti atau Kalinic? Atau bahkan kedua-duanya sekaligus? Lalu bagaimana nasib Carlos Bacca?

July 14, 2017

Benvenuti, Bonucci & Biglia

Bonucci & Biglia. google.com
Proses transfer Leonardo Bonucci sebelumnya didahului adanya rumor pembayaran dana disertai tambahan pemain, yaitu Mattia De Sciglio (yang memang sudah ngebet pengen pindah ke Juventus) dan Alessio Romagnoli.

Apabila benar proses pertukaran itu dilakukan, Mirabelli dan Fassone bisa jadi akan menerima kemarahan besar dari para Milanisti, mengingat bahwa Romagnoli digadang-gadang akan meneruskan kebesaran nama Alessandro Nesta di Milan.

Tetapi lagi-lagi kejutan besar dilakukan oleh manajemen Milan, yaitu dengan melakukan proses transfer Bonucci yang termasuk cepat dan dengan tidak melibatkan tambahan pemain yang dilego ke Juventus. Hal ini dimaksudkan agar Bonucci bisa sesegera mungkin bisa mengikuti persiapan pra musim di China.

Masuknya Bonucci dari Juventus ke Milan bisa jadi akan mengubah pola yang dipakai Milan di pos pertahanan. Jika musim lalu Milan memakai formasi 4 bek, kemungkinan musim ini akan memakai 3 bek yaitu Musachio, Bonucci dan Romagnoli.

Dan formasi 3 bek di belakang itu pasti juga akan berimbas dengan formasi di tengah, di mana (lagi-lagi) kejutan diberikan oleh Mirabelli dan Fassone dengan memberikan seorang Lucas Biglia untuk menjadi jendral di lini tengah.

Jadi, kejutan apa lagi mister Mirabelli dan Fassone?