August 28, 2017

Amor Fati, Persijap!

Situasi setelah pertandingan terhenti

Pertandingan terakhir di kandang berakhir dengan ketidak puasan. Protes keras, teriakan, hujatan hingga lemparan botol air mineral mewarnainya. Hal ini dipicu oleh keputusan wasit memberikan hukuman penalti yang dianggap kontroversial. Persijap menganggap bahwa halauan yang dilakukan oleh salah seorang pemain adalah bersih walau ada  seorang pemain Persibat terjatuh, bahkan hakim garis pun sempat menunjuk ke titik sepak pojok. Namun wasit tanpa konsultasi dengan hakim garis langsung menghadiahi kartu kuning kepada pemain Persijap.

Persijap langsung melakukan protes keras dan membuat pertandingan terhenti cukup lama. Walaupun sempat ditunjukkan video hasil rekaman pertandingan (yang secara regulasi apakah sudah digunakan atau belum), tetap tidak mengubah keputusan wasit. Hingga akhirnya protes terus dilakukan oleh Persijap hingga akhirnya pertandingan terhenti tanpa keputusan karena situasi yang tidak kondusif. Hal yang sungguh ironis mengingat bahwa sebelum pertandingan kedua tim menanda tangani Pakta Integritas anti suap dan korupsi di sepak bola Indonesia. 

Namun bagaimanapun juga wasit memiliki otoritas di lapangan yang tidak boleh diganggu atau diintervensi siapa pun. Lepas dari apakah keputusan yang diambil itu benar atau salah, merugikan satu pihak dan atau sebaliknya, wasit punya hak prerogratif di lapangan. Kalaupun ada ketidak puasan dari pihak-pihak yang terlibat, ada mekanisme yang bisa ditempuh, walaupun mungkin hasilnya belum tentu sesuai harapan.

***

Sudah bisa dipastikan musim depan Persijap akan berlaga di kasta yang lebih rendah dari sebelumnya, yaitu Liga 3. Mulai saat ini Persijap harus sudah mempersiapkan diri untuk menentukan nasibnya sendiri. Tidak harus berharap pada federasi, apalagi bergantung pada wasit.

Walaupun berlaga di Liga 3 tidak sepatutnya Persijap merasa takut akan ditinggalkan oleh suporternya, karena suporter sejati akan selalu setia mendampingi tidak hanya di saat bahagianya saja melainkan juga di waktu sakitnya. Pedih perih yang dialami oleh Persijap pasti juga dirasakan oleh suporter di belakangnya. Itulah cinta sejati. 

Yang perlu diingat adalah bahwa Persijap dengan manajemen yang baru ini memiliki program "Persijap 5 Years Plan", itu yang harus segera ditindak lanjuti dengan program-program lanjutan untuk pelaksanaannya. 

Jadikan program itu sebagai nilai lebih yang dimiliki oleh Persijap, karena tidak banyak tim yang memiliki program-program seperti itu. 

Bangkit dan bersiaplah, tidak perlu merutuki diri dan meratapi nasib. Cintai nasibmu sendiri.

***
(@dusone)

August 27, 2017

Sentimen Lokalitas dan Romantisme Fanatisme

Sepak bola di Indonesia tidak bisa tidak memang dekat dan lekat dengan sentimen kedaerahan. Hampir dari seluruh klub yang berlaga di kompetisi dari Liga 1 sampai ke level di bawahnya dapat kita jumpai sentimen itu, yang dapat dengan mudah ditemui dari penyebutan nama klub itu sendiri. Hal ini tidak lepas dari sejarah kompetisi persepak bolaan di negeri ini.

Pada era sebelum kompetisi dilebur menjadi satu, kompetisi terbagi menjadi 2 yaitu profesional dan amatir. Klub-klub profesional berasal dari bentukan perusahaan swasta dan murni dukungan pendanaan dari swasta. Sedangkan klub amatir berasal dari perwakilan federasi yang ada di daerah dan pada waktu itu mendapat sokongan dana dari Pemerintah.

Dari nama-nama klub dapat sekilas dapat diketahui sejarah dari klub itu sendiri. Misal Persija, merupakan klub berasal dari perwakilan federasi yang ada di wilayah Jakarta. Demikian pula dengan Persib, PSIS, Persebaya dan klub lainnya yang biasanya namanya dimulai dengan kata "Per" atau singkatan "PS", yang berasal dari kata persatuan sepak bola.

Bandingkan dengan Semen Padang yang walaupun mengusung nama daerah Padang, tapi klub tersebut didanai oleh Perusahaan Semen di Padang. Atau kalau mau menyebut juga, dulu pernah ada klub bernama Krama Yudha Tiga Berlian, Mastrans Bandung Raya, Pelita Jaya atau Pupuk Kaltim.

Di saat ini setiap klub dituntut untuk menjalankan profesionalisme dalam mengelola klub layaknya sebuah perusahaan. Apalagi setelah pelarangan penggunaan dana pemerintah untuk membiayai klub sepak bola.






Romantisme Fanatisme.
Seseorang dapat dengan mudah mengidentifikasikan dirinya pada sebuah klub yang digemarinya. Kegemaran ini bisa berawal dari kesamaan lokalitas asal antara si penggemar dengan klub. Misal seseorang yang berasal dari Jakarta bisa jadi dia akan menjadi suporter dari Persija, dan sampai kapan pun dia akan tetap loyal kepada klub.

Akan menjadi sedikit pelik ketika pada suatu waktu karena suatu dan lain hal dia berpindah domisili yang jauh dari tempat asalnya, misal di Jayapura. Apakah dia tetap menggemari Persija? Ataukah berganti menjadi penggemar Persipura? Atau menggemari keduanya? Bagaimana jika kedua klub tersebut bertanding saling berhadapan, gejolak apa yang dirasakannya?

Lain halnya jika seseorang menggemari sebuah klub berasal dari kegemaran dia terhadap seorang pemain, dengan kata lain dia lebih loyal terhadap seorang pemain daripada terhadap klub. Misal seseorang menjadi seorang Milanisti hanya karena sebelumnya dia telah menggemari Ronaldo sejak dia bermain di Real Madrid. Karena pada akhirnya Ronaldo pindah ke AC Milan, maka dia tidak lagi menjadi penggemar Real Madrid lagi tapi mengikuti kemana klub Ronaldo bermain.

Seseorang yang menggemari klub sepak bola berangkat dari kesenangan terhadap klub itu sendiri akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap klub. Apa pun yang terjadi dan menimpa klub yang digemarinya tidak akan mengubah perasaannya itu. Hal ini beberapa bulan lalu ditunjukkan oleh para Milanisti ketika menghadapi persoalan salah seorang bintangnya enggan memperpanjang kontrak, Milanisti mengecam dan meneror si pemain itu, meskipun pada akhirnya kedua pihak berbaikan dan bersalaman.

Anda termasuk yang mana?

Agama Dengan Banyak Sekte dan Nabi

Selain agama yang sudah banyak dikenal di belahan dunia manapun, sepertinya ada "agama" baru yang memiliki pemeluk yang jumlahnya sangat banyak di seantero dunia.

Agama baru ini, seperti agama-agama yang sudah eksis sebelumnya, juga memiliki banyak aliran atau sekte, dan masing-masing sekte memiliki ciri khas yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Meskipun pola dasarnya tetap memiliki kemiripan.

Tiap sekte juga memiliki nabi masing-masing, yang selain dijadikan idola dan panutan, mereka juga menganggap sebagai dewa penyelamat. Sorak sorai dan riuh gemuruh akan terdengar setiap kali nama mereka bergema di tempat peribadatan mereka.

Bicara soal fanatisme, agama baru ini juga memiliki fanatisme yang begitu menggelorakan semangat dan daya juang di setiap pemeluk teguhnya. Jangan tanya apa yang sanggup mereka lakukan ketika agama mereka dihinakan, dinistakan, dikalahkan, dengan jantan atau penuh kecurangan. Mereka, para fanatik ini akan dengan suka rela dan siap sedia berkorban jiwa dan raga mereka.

[Google.com]
Banyak kisah soal pertikaian para fanatik ini terjadi, antara sekte yang satu dengan sekte yang lain, antara distrik yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, pernah terjadi ketika sekelompok fanatik sekte lain akan bepergian ke lain distrik ketika melewati distrik yang di masa sebelumnya pernah bertikai dengan kelompok tersebut, maka alat angkutan yang digunakan tidak pernah luput dari lemparan batu dan benda-benda keras lainnya. Dan masih banyak kisah-kisah sejenis yang tercatat secara detail di sejarah perjalanan agama ini.

Namun beberapa waktu belakangan ini, hubungan para fanatik masing-masing sekte ini semakin hari semakin membaik, bahkan saling dukung ketika fanatik sekte yang satu sedang bersusah payah memperjuangkan sektenya agar mendapat pengakuan dari otoritas tertinggi agama baru ini.

Kini yang sering terdengar dan lewat di media sosial adalah kisah-kisah persahabatan antara fanatik sekte yang satu denhan sekte yang lain. Maka jangan heran jika suatu ketika kita mendapati di sebuah kedai kopi ada sekelompok fanatik berbagai sekte berkumpul dengan membawa atribut masing-masing, serta mengenakan seragam kebanggaan yang bertuliskan nama nabi-nabi agama mereka: Ibrahimovic, Beckham, Ronaldo atau bahkan Boaz!

August 26, 2017

Milan Itu (Hanya) Merah

Hari-hari ini sepertinya menjadi hari yang membahagiakan bagi para Milanisti. Kenapa bisa?

Alasan pertama adalah karena klub kebanggaan mereka, AC Milan, mengawali musim 2017/2018 dengan 5 kemenangan dan semuanya tanpa kebobolan. Clean sheet istilah terkenalnya, yang kalau menurut Ivan Lanin jika diindonesiakan menjadi "Nirbobol".

Tentu saja performa yang cukup meyakinkan di awal musim ini menjadi kampanye yang cukup bagus buat memberi harapan dan jawaban dari keinginan Milanisti terhadap Milan era baru, meski lawan-lawan yang dihadapi tidak bisa dikatakan berada pada level yang sama dengan Milan. Namun akan menjadi bekal yang dapat memberikan kepercayaan diri bagi para pemain baru, utamanya para pemain yang belum pernah merasakan atmosfer liga Italia.

Gullit, van Basten, Rijkaard. -twitter.com-
Sedangkan alasan kedua yang mungkin bisa dijadikan bahan bagi Milanisti untuk membully para fan klub tetangga, Milan Biru. Sebabnya adalah beberapa waktu lalu, Erick Thohir yang nota bene adalah Presiden Klub Inter Milan dalam sebuah wawancara memberikan komentar sebagai berikut, "Saya menjadi fan Inter, terutama sejak mereka merekrut trio Belanda".

Sebenarnya jawaban Erick Thohir itu jawaban biasa saja, jika diucapkan oleh seseorang yang tidak berkecimpung di dunia sepak bola, apalagi berada dalam posisi sebagai Presiden sebuah klub sepak bola.

Penggemar sepak bola di seluruh dunia tentu tahu, bahwa klub Italia yang merekrut trio Belanda dan memberikan prestasi fenomenal adalah AC Milan bukan Inter. Trio Belanda tersebut adalah Frank Rijkaard, Ruud Gullit dan Marco Van Basten. Orang lebih mengenal Trio Jerman sebagai pemain yang direkrut oleh Inter Milan.

Apa yang terjadi pada Erick Thohir tersebut lantas disikapi dengan guyonan oleh banyak akun Milanisti di media sosial. Mereka antara lain mengatakan: "Bahwa di lubuk hati terdalam, Erick Thohir adalah seorang Milanisti. Tapi karena uangnya tidak cukup untuk mengakuisisi Milan dia akhirnya milih Inter", "Itu membuktikan bahwa sebenarnya di Milan itu hanya ada satu klub saja yaitu AC Milan". Ada juga yang mengatakan "Mungkin sepengetahuan Erick Thohir, AC Milan dan Inter Milan itu satu klub".

Mungkin itu yang membedakan betapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengakuisisi AC Milan dibandingkan waktu Inter diakuisisi. Karena Silvio Berlusconi sebagai pemilik AC Milan sudah memperlakukan AC Milan seperti anak kandungnya sendiri, sehingga dia butuh jaminan bahwa orang yang kemudian akan mengasuh AC Milan nantinya adalah orang yang tepat, yang juga menyayangi AC Milan. Tidak hanya persoalan bisnis semata.

August 24, 2017

Maturnuwun, Mbak Esti

bolalob.com
Keberadaan sebuah klub sepak bola tidak bisa dilepaskan dari kehadiran suporter yang siap mendukungnya, baik saat kandang maupun tandang. Inilah yang bisa dijadikan modal untuk klub itu semakin berkembang dan lebih baik lagi.

Kehadiran seorang perempuan bernama Esti Puji Lestari di manajemen Persijap, bagaimanapun dianggap membawa angin segar bagi kelangsungan nasib klub dari Jepara tersebut, setelah belakangan sering berkutat dengan permasalahan di bidang manajemen. Apalagi ketika mencanangkan program "Persijap 5 Years Plan" yang antara lain adalah komitmen untuk modernisasi manajemen tim, memasyarakatkan peraturan sepak bola, pembinaan usia muda, peningkatan infrastruktur hingga keberadaan tim wanita. 

Angin segar yang berhembus ini disikapi optimis oleh para suporter Persijap yang selalu meramaikan stadion kebanggaan Gelora Bumi Kartini maupun ketika bertanding di kandang lawan. Dengan harapan agar Persijap yang berlaga di Liga 2 bisa promosi di Liga 1. 

Namun hingga tinggal menyisakan 2 pertandingan lagi, harapan itu tidak bisa terpenuhi, bahkan terancam untuk degradasi ke Liga 3. Apakah degradasi suatu aib? 

***
Seperti diketahui mengelola sebuah klub sepak bola tidak semudah membalikkan telapak tangan, atau semudah menulis opini seperti ini, misalnya. Tapi butuh dukungan berbagai hal untuk mencapai kesuksesan, seperti tim pelatih, pihak manajemen, pemain, infrastruktur serta suporter itu sendiri.

Boleh saja suporter menuntut tinggi kepada klub agar berprestasi sehingga patut untuk menjadi kebanggaan, tapi sudah semestinya juga suporter mengetahui kondisi dari klub. Bagaimana manajemennya, pelatihnya, pemainnya, dan bisa jadi juga hal-hal non teknis lainnya di sepak bola.

Mungkin yang terlihat di atas lapangan adalah dianggap sebagai cerminan dari wajah klub itu sendiri. Misalnya pemain yang tidak memiliki fighting spirit sehingga mudah menyerah, padahal tidak hanya skill yang dibutuhkan tapi mental bertanding yang juga akan dapat mengubah hasil permainan. 

Membangun sebuah klub untuk berprestasi tidak bisa seperti Bandung Bondowoso yang dengan bantuan mahluk halus dapat membangun candi dalam waktu semalam. Dibutuhkan waktu serta dana yang tidak sedikit, juga ketepatan dalam memilih pelatih serta pemain untuk klub. 

Bagaimanapun terima kasih mbak Esti yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk persepak bolaan di Jepara. Tidak ada yang mustahil di sepak bola, tapi juga tidak ujug-ujug. AC Milan, Real Madrid dan klub-klub besar lainnya tidak dibangun dalam waktu semalam.

August 21, 2017

Welcome, NK!



Hari Senin tanggal 21 Agustus 2017 Nikola Kalinic melakukan tes medis di AC Milan, dan dikabarkan akan segera tanda tangan kontrak pada malam harinya waktu setempat. Berapa nilainya? Nilai transfernya mencapai sekitar 25 juta €. 

Apa yang membuat Milan mendatangkan Kalinic yang merupakan opsi terakhir setelah kesulitan mendatangkan Andrea Belotti, Pierre Emerick Aubameyang maupun Diego Costa? Vicenzo Montella tentu yang paling tahu apa kebutuhan timnya, dan dia juga menginginkan striker yang sudah berpengalaman di Serie A.

Dengan gol sebanyak 33 dari 63 pertandingan sewaktu membela Fiorentina, bukanlah rekor yang buruk untuk seorang striker. Apalagi pengalaman bertanding di Serie A bisa jadi akan menguntungkan dalam proses  adaptasi tim, mengingat beberapa pemain yang didatangkan berasal dari luar Italia dan belum mengenal kultur liga Serie A. Faktor terakhir ini yang akan membantu Kalinic menapak jalan sukses karirnya di klub sebesar AC Milan.

Kedatangan Kalinic akankah berpengaruh pada formasi yang dipakai oleh Milan? Tentu saja. Sedikit banyak akan memberi pengaruh terhadap gaya permainan dan serangan Milan. Tubuh tinggi Kalinic akan mempermudah untuk menjangkau umpan-umpan silang dari sayap-sayap Milan. Ini yang membedakannya dengan Andre Silva maupun Patrick Cutrone.

Satu lagi keuntungan bagi Milan setelah memiliki Kalinic, dia bisa menjadi mentor bagi dua penyerang muda milik Milan (Silva dan Cutrone), sehingga tongkat estafet penyerang-penyerang Milan tidak akan kendor dan mengalami hambatan, dan dapat meneruskan sejarah kehebatan Andry Shevcenko, Filippo Inzaghi, Oliver Bierhoff maupun yang lainnya.

Welcome Nikola Kalinic! #ForzaMilan

August 19, 2017

Di Bawah Atmosfer Yang Sama



Sudah berapa banyak korban suporter yang mati karena sepak bola? Entah itu ketika masih berada di lingkungan stadion atau pun ketika pertandingan sudah usai dan tempat yang jauh dari arena pertandingan.

Mungkin sudah untuk yang ke-sekian kali kata-kata "Ini yang terakhir!" digemakan, tapi kejadian yang sama juga tetap berulang.

Fanatisme selalu dianggap sebagai biang terjadinya gesekan antar suporter. Suporter yang pernah bermasalah dengan suporter klub lain akan selalu menyimpan memori yang tak akan mudah dilupakan entah sampai kapan.

Misal, suporter klub A pernah punya gesekan dengan suporter klub B. Suatu ketika suporter klub A tersebut akan mendukung klubnya bertanding melawan klub C yang di perjalanannya akan melewati basis suporter klub B. Secara tidak langsung  suporter klub A akan siaga dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan adanya cegatan dari suporter klub B. Atau bisa juga suporter klub A vis a vis dengan klub B. Seperti itu dan seterusnya. Sampai kapan?

Pihak operator kompetisi maupun federasi yang menaungi persepak bolaan sebenarnya sudah melakukan hal-hal yang dipandang bisa meredakan gejolak dan gesekan antar suporter, seperti memisahkan antara dua klub yang memiliki catatan negatif polah suporternya di grup atau wilayah yang berbeda. Tapi tetap saja kejadian sering kali berulang. Lagi dan lagi.

Janji dan ikrar perdamaian antar suporter yang (mungkin) diwakili oleh pentolan-pentolan kelompok suporter bisa menjadi suatu usaha yang patut diapresiasi untuk turut mendinginkan situasi panas antar suporter. Tapi hal seperti itu perlu ditindak lanjuti dengan aksi nyata di tingkat akar rumput, karena yang paling rawan gesekan adalah yang berada di tingkat bawah.

Pro dan kontra di dalam kelompok suporter sendiri tentang adanya keinginan perdamaian antar suporter pun pasti ada. Itu yang harus juga dapat diredam oleh pentolan-pentolan suporter dalam kelompoknya.

Loyalitas dan pembelaan terhadap klub di dalam stadion pasti akan selalu dilakukan oleh suporter di mana pun di seluruh dunia. Tapi sebaiknya tidak perlu dibawa sampai ke luar stadion. Kebencian dan dendam terhadap suporter klub lain sudah seharusnya dihentikan atas nama apapun. Tidak perlu dilanjutkan, apalagi diwariskan kepada generasi yang bahkan tidak tahu menahu bagaimana rivalitas itu terbentuk pada awalnya.

Di bawah atmosfer sepak bola yang sama sudah sepatutnya prestasi yang jadi tujuan mulia, bukan memupuk dendam untuk dilampiaskan di masa yang akan datang.

August 15, 2017

The Next Number 7

Pada sebuah klub sepak bola wajar adanya sebuah nomor punggung diistimewakan atau bahkan dikeramatkan. AC Milan misalnya, nomor punggung 3 dan 6 dipensiunkan. Jika  nomor punggung 3 dipensiunkan sementara karena dicadangkan untuk dinasti Maldini berikutnya, nomor punggung 6 bahkan dipensiunkan selamanya sebagai penghormatan kepada loyalitas dan dedikasi Franco Baresi.

Nomor punggung tertentu juga identik dengan posisi tertentu. Misalnya nomor punggung 9, 10 atau 11 identik dengan posisi penyerang, nomor punggung 1 hampir bisa dipastikan menjadi milik seorang kiper. Begitu juga dengan nomor-nomor punggung lainnya.

Di skuad AC Milan musim 2017/2018 saat ini sudah dirilis nomor punggung yang akan digunakan oleh para punggawa AC Milan dalam mengarungi kompetisi. Ada satu nomor keramat yang masih belum dipakai siapa pun di skuad yang ada. Hal ini menimbulkan berbagai spekulasi terkait masih tersedianya slot pemain yang berhak memakai nomor istimewa tersebut.

skysport.com


7, ya nomor punggung 7. Dulu pernah dipakai oleh beberapa penyerang AC Milan di antaranya adalah Andry Shevchenko, Ricardo Oliveira, Alexandre Pato, Robinho, Jeremy Menez dan Gerard Deulofeu.

Spekulasi yang beredar mengenai siapa yang akan mewarisi nomor punggung istimewa itu mengerucut pada satu nama yaitu Piere Emerick Aubameyang, yang walaupun dalam beberapa statemennya di media sosial nampak memberi angin akan kembali ke AC Milan akan tetapi terkendala dengan besarnya nilai transfer yang diminta Borussia Dortmund.

Musim transfer yang sebentar lagi akan berakhir membuat spekulasi berembus kencang, apalagi dikabarkan bahwa Mirabelli dan Fassone sedang menunggu kucuran dana tambahan untuk mendatangkan seorang penyerang top.

Selamat menunggu kejutan berikutnya dari AC Milan.

August 10, 2017

Siapa Nama Besar Itu, Milan?


goal.com

Duet Fassone dan Mirabelli pernah mengatakan jika manajemen AC Milan akan mendatangkan seorang bernama besar di tim yang berjuluk Rossonerri tersebut, dan pos yang akan diisi oleh si nama besar itu mungkin berada di posisi penyerang.

Setelah sebelumnya dihubung-hubungkan dengan nama Alvaro Morata (eks Real Madrid yang sekarang bergabung di Chelsea), Piere Aubameyang (Dortmund), Nikola Kalinic (Fiorentina) dan Andrea Belotti (Torino), kini AC Milan juga dihubungkan dengan Diego Costa (yang tidak mendapat tempat di Chelsea seiring kedatangan Alvaro Morata), dan Zlatan Ibrahimovic yang sekarang berstatus bebas transfer.

Diego Costa sudah mendapat jaminan dari Conte bahwa dia tidak menjadi pilihan utama musim ini, sudah semestinya jika dia ingin bermain secara reguler demi kelangsungan karirnya di tim nasional Spanyol. Costa juga ingin tetap bermain di level yang tinggi untuk menjaga performanya.

Sedangkan Ibra yang walaupun usianya sudah tidak muda lagi masih dipandang sebagai sosok ideal dan bisa menjadi pemimpin dan juga panutan bagi para pemain muda yang ada di AC Milan. Ibra juga masih sangat dicintai oleh para Milanisti di seluruh dunia.

Namun cinta terbesar Milan mungkin hanyalah kepada Aubameyang, pemain yang pernah menjalani karir belianya di AC Milan ini diharapkan untuk bisa kembali pulang ke rumahnya. Namun jalan terjal harus dilalui AC Milan setelah Dortmund menolak tawaran yang pernah diajukan AC Milan. Aubameyang secara tersirat pernah menyatakan jika kegagalan perginya ke Milan bukan karena soal perasaannya tapi karena hal lain.

Baru-baru ini AC Milan dikabarkan sudah mengajukan proposal penawaran kepada AS Monaco untuk mendapatkan Radamel Falcao, sebagai sosok striker untuk menjadi andalan di lini depan AC Milan. Tapi sejauh ini AS Monaco masih belum menerima tawaran yang diajukan.

Sedangkan soal Kalinic, sepertinya dia hanya akan menjadi ban serep ketika AC Milan gagal memboyong salah satu dari empat nama yang sudah disebutkan sebelumnya (Costa, Ibra, Auba dan Falcao). 

Siapa si nama besar itu, mister?

August 1, 2017

Di Antara Lemparan Batu dan Pentungan Polisi

solopos.com


Tiba-tiba di akhir pertandingan ada banyak sekali pecahan genteng dan batu yang beterbangan di udara yang berasal dari luar stadion. Kami yang berada di dalam stadion langsung berhamburan menghindarkan diri dan mencari tempat untuk berlindung dari lemparan batu dan pecahan genteng itu. Yang paling banyak dituju adalah berada tepat di balik dinding stadion, karena dirasa tempat tersebut tempat yang paling aman.

Adanya pelemparan batu dan pecahan genteng ke dalam stadion membuat pihak keamanan menjadi beringas dan merangsek ke arah penonton bermaksud mengusir mereka keluar dari stadion. Dengan menggunakan pentungan yang digerakkan mobat-mabit sedemikian rupa bisa mengenai bagian tubuh manapun dari kami yang ada di dalam. Sementara kami tak tahu menahu dengan kejadian adanya pelemparan dari luar stadion.

Kami yang di dalam tidak pernah tahu apa yang menjadi penyebab timbulnya kerusuhan dari suporter di luar stadion dengan melakukan pelemparan ke dalam stadion, yang bisa saja suporter yang ada di dalam stadion adalah teman, saudara atau tetangga mereka. Yang pasti kami yang di dalam adalah pendukung tim yang sama dengan yang ada di luar stadion.

Asumsi yang berkembang setelah berakhirnya kericuhan itu yang menjadi pemicu adalah larangan untuk masuk dari pihak panitia pelaksana dan pihak keamanan kepada suporter yang tidak memiliki tiket atau bisa jadi karena kehabisan tiket masuk. Suporter yang ngamuk membakar dan menghancurkan  loket penjualan tiket serta melakukan pelemparan ke dalam stadion.

Kejadian itu saya alami ketika sepulang kuliah mampir ke Jatidiri bermaksud untuk menonton pertandingan klub kebanggaan publik Semarang yaitu PSIS. Saya lupa siapa lawan PSIS kala itu, hanya waktu kejadiannya di kisaran tahun 1995-1996 an.

***

Terjebak di situasi seperti yang saya ceritakan sebelumnya itu yang kalau dituliskan dalam sebaris kalimat mungkin akan menjadi "Maju Kena Mundur Kena", seperti judul film Warkop DKI.

Bagaimana tidak, kami yang di dalam stadion terjebak dan berlindung dari ancaman kena lemparan batu dan pecahan genteng dari luar stadion, sementara dari dalam stadion sendiri kami juga harus terus bergerak dan berjuang menghindar dari amukan pihak keamanan yang mencoba mengusir kami dengan pentungannya.

Kalau pun terpaksa masih terkena pukulan atau lemparan, terima saja, itu adalah nasib dan harga yang harus kami terima dalam mendukung tim kebanggaan kami.

Lantas apakah dengan kejadian tersebut membuat saya dan orang-orang lain yang mencintai sepak bola kapok untuk pergi ke stadion, dan memilih kenyamanan dengan menyaksikan pertandingan di dalam kamar di depan televisi?

Tidak. Saya yakin masih banyak yang tidak kapok untuk menonton langsung sepak bola di stadion. Bahkan saya sering mengajak anak-anak untuk ikut pergi ke stadion dan menikmati euphoria di sana.

***