"Football is nothing without fans" -- Jock Stein.
Orang berbondong-bondong pergi ke stadion. Ada yang berkelompok, ada yang sendirian. Namun tujuan mereka sama, mendukung tim kebangaan mereka secara langsung di stadion.
Di dalam stadion dengan atmosfer yang serupa, mereka sama-sama menyuarakan tuntutan yang tak berbeda: permainan atraktif dan kemenangan. Maka tak heran jika di dalam stadion bertebaran spanduk-spanduk dari para fans atau suporter yang dipasang mengelilingi lapangan pertandingan.
Isi dan tulisan pada spanduk itu bermacam-macam. Rata-rata menuliskan identitas kelompok fans atau suporter tersebut: seperti nama, asal dan julukan mereka. Ada juga yang berisi harapan dan pesan-pesan pembakar semangat buat tim yang didukung.
Selama pertandingan berlangsung, dari setiap sudut stadion akan terdengar suara-suara yang semakin menambah riuh dan gemuruh suasana pertandingan. Entah itu nyanyian dari sekelompok fans atau suporter, atau teriakan-teriakan secara lantang yang dilakukan oleh orang per orang. Teriakan yang bisa berupa dukungan atau pun hujatan.
Segalanya tergantung dengan situasi yang berjalan di atas lapangan. Jika tim yang didukung menampilkan permainan yang menarik hingga memperoleh kemenangan, maka aplaus dan kata-kata sanjungan akan terdengar.
Namun ketika tim yang didukung tidak menampilkan performa seperti yang diharapkan, atau bahkan sampai menderita kekalahan, jangan kaget jika banyak sekali umpatan, kata-kata kasar dan tidak pantas akan terdengar di seantero penjuru stadion. Sebagai misal adalah "Wasit An**ng!", "Pelatih Gobl*k!" atau bisa juga ungkapan bernada sarkasme seperti "Selamat Datang Degradasi!" dan lain sebagainya.
Siapa yang dihujat? Pertama mungkin wasit yang dianggap sebagai biang kekalahan karena kepemimpinan dan keputusannya banyak merugikan tim yang didukung, lalu disusul si pelatih karena dianggap tidak becus melatih timnya. Kemudian umpatan dan hujatan juga akan diberikan kepada manajemen klub yang dianggap tidak mampu memenuhi ekspetasi dari para fans atau suporter.
Bagaimana dengan pemain? Hampir selalu, para pemain ini lolos dari hujatan. Karena dianggap mereka hanya menjalankan perintah dan arahan dari tim pelatih, sehingga pangkal dari kegagalan adalah tim pelatih dan manajemen itu sendiri.
Hal yang wajar ketika rasa kecewa timbul karena harapan yang digadang-gadang tidak juga kesampaian, sehingga muncul umpatan, hujatan dan sejenisnya. Klub tidak bisa menafikan hal itu dan menganggapnya sebagai angin lalu. Bagaimanapun klub dan fans atau suporter saling berkelindan ketegantungan.
Klub butuh dukungan fans atau suporter untuk memberi semangat dan pemasukan kepada klub lewat penjualan tiket atau pun merchandise. Dan fans atau suporter butuh klub untuk dijadikan sebagai simbol kebanggaan dan wadah meluapkan ekspresinya. Simbiosis mutualisme yang mesti terus dipupuk dan dijaga keberadaannya.
***
No comments:
Post a Comment