October 19, 2017

Sepakbola di Kebun Kelapa

"Lus, oper sini bolanya!", teriak Budi Buto kepada Lulus meminta operan ketika posisinya tidak terkawal oleh bek lawan. Beberapa detik kemudian terdengar teriakan lagi. "Gooolll!!!". Bola berhasil dimasukkan Budi Buto ke gawang lawan yang dijaga oleh Paidi.

Keriuhan sore itu tidak terjadi di atas lapangan sepakbola berukuran standar dengan dua gawang dari besi di masing-masing sisi lapangan, tapi terjadi di area kebun kelapa di desa mereka, Sulang. Sebuah desa yang terletak sekitar 12 kilometer dari ibukota kabupaten Rembang ke arah Blora.

Ya, kebun kelapa yang terletak di belakang kantor Kawedanan itu masih menyisakan tanah sedikit lapang di antara deretan pohon kelapa yang ditanam berjarak sekitar 8 meter kali 8 meter. Sela-sela antar tanaman itulah yang tiap sore dimanfaatkan oleh anak-anak muda yang tinggal di sekitar kebun kelapa untuk memupuk kebersamaan dan bersenang-senang dengan bermain sepakbola. Dan dengan menggunakan gawang yang terbuat dari batang bambu, maka sahlah sela-sela pohon kelapa itu menjadi lapangan sepakbola. Mereka menyebutnya, Stadion Klapa-Klapanan.

Dalam bermain sepakbola, pemain dituntut untuk tidak hanya piawai menghindari dari sergapan lawan akan tetapi harus juga lihai untuk menghindari hadangan dari pohon-pohon kelapa yang ada di tengah area permainan. Maka tak heran ketika suatu ketika bola yang rencananya mau dioperkan ke kawan malah berbelok arah bukan karena terkena badan lawan akan tetapi karena mengenai pohon kelapa.

Hampir setiap hari anak-anak muda itu bermain sepakbola, dimulai sekitar jam 4 sore dan berakhir ketika azan maghrib berkumandang dari mushola dan masjid. Mereka sebagian ada yang langsung pulang ke rumah masing-masing, akan tetapi ada juga yang masih duduk-duduk bercengkrama sambil menunggu keringat mengering, untuk kemudian mandi bareng di sumur yang ada di belakang rumah dinas pak Wedana.
Akhir dari Stadion Klapa-Klapanan.
Suatu sore seperti biasa, anak-anak muda itu bermain sepakbola. Tim terbagi menjadi 2 tim dengan tidak ada patokan yang jelas dan kaku siapa masuk tim mana, alias suka-suka si pemain mau masuk tim mana. Kedua tim pada awalnya masing-masing masih menggunakan kaos, tapi ada perjanjian bahwa siapa yang kemasukan terlebih dahulu harus melepas kaosnya untuk memudahkan membedakan antara anggota tim yang satu dengan lainnya.

Lek To yang waktu itu memperkuat tim yang melepas kaos karena kebobolan lebih dahulu menggiring bola dari sisi kanan lapangan, bola kemudian ditendang kembali ke kawannya yang ada di posisi bek. Kemudian Lek To mencari posisi di tengah, sambil menghadap ke arah kawannya di belakang Lek To teriak minta oper. Bagong melepas umpan lambung ke arah Lek To, dan Lek To berlari membelakangi arah gawang lawan untuk menjemput operan. Belum sampai bola ke kepala atau badan Lek To, dia sudah tersungkur karena menabrak pohon kelapa di belakangnya.

Pertandingan terhenti. Beberapa orang mencoba menolong Lek To yang mengerang kesakitan, karena bagian belakang kepalanya terbentur batang pohon kelapa. Lek To kemudian diantar pulang oleh Bagong dan Budi Buto.

Pertandingan dilanjutkan kembali sampai azan maghrib terdengar. Beberapa orang masih memperbincangkan kejadian yang menimpa Lek To dan ingin tahu kondisi Lek To. Dari kabar yang beredar Lek To mengalami gegar otak ringan karena benturan tadi.

Untuk beberapa waktu, pertandingan sepakbola masih berlangsung walau dengan jumlah pemain yang makin lama makin sedikit jumlahnya. Entah karena mereka ada yang melanjutkan kuliah, atau pindah tempat tinggal karena kerja di kota atau karena trauma kejadian yang menimpa Lek To.

October 1, 2017

Mengelola Klub itu Tidak Gampang


google.com

Secara umum, mengelola klub sepakbola itu seperti mengelola perusahaan. Jika perusahaan kebanyakan menjual barang, maka klub sepakbola menjual prestasi.

Untuk dapat menjalankan klub sepakbola tentunya dibutuhkan modal investasi yang tidak sedikit, untuk membayar gaji karyawan  dan pemain, akomodasi tim baik ketika bertanding di kandang maupun tandang, juga untuk hal-hal lain terkait pelaksanaan sebuah pertandingan sepakbola.

Pendanaan klub sebagian besar berasal dari sponsor, penjualan tiket masuk, dan merchandise resmi.

Klub profesional harus bisa memperoleh dana secara mandiri dari pihak swasta, sudah tidak ada lagi kucuran dana dari pemerintah kepada klub sepakbola.

Untuk dapat menggaet pihak sponsor klub akan menawarkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki, atau dengan kata lain klub akan menjual prestasiunya. Jika prestasi klub bagus, klub tak akan kesulitan dalam menggaet sponsor. Tapi jika prestasi klub tidak bagus bahkan cenderung  jelek, pihak sponsor enggan mendekat. Kalaupun ada paling hanya sponsor lokal dan tentunya dengan jumlah yang terbatas.

Pihak pengelola klub pasti sudah berhitung soal ini, makanya mereka menyusun program-program klub, baik jangka pendek, menengah maupun panjang.

Sumber dana berikutnya adalah pemasukan dari tiket pertandingan. Idealnya setiap klub memiliki stadion sendiri, tapi di Indonesia tidak. Karena rata-rata stadion adalah milik pemda dan klub menjadi penyewa. Pemasukan dana dari tiket pertandingan bisa dimaksimalkan jika seluruh tiket terjual tanpa ada satupun kebocoran (penonton tanpa tiket yang ikut masuk). Tapi selain kebocoran tiket, perlu diperhatikan adalah pemalsuan tiket pertandingan, karena imbasnya cukup besar.

Kemudian dana dari merchandise resmi klub. Sebenarnya ini potensi besar, tapi rata-rata tidak tergarap dengan maksimal. Rata-rata klub tidak punya store resmi yang menjual segala pernik yang berkaitan dengan klub. Entah itu jersey, syal, buku, foto bahkan paket tour wisata.

Paket tour wisata? Benar. Sebuah klub dengan sejarah panjang dan prestasi yang hebat bisa saja membuat semacam museum atau hall of fame bagi klub itu. Di mana di dalamnya bisa berisi foto, trophy, berita, jersey legendaris, patung dan lain-lain yang berhubungan dengan sejarah klub tersebut yang bisa digarap lebih banyak lagi. Klub-klub luar negeri sudah banyak yang memanfaatkan hal itu, misal AC Milan, Manchester United, dan banyak lagi. Bagi fans sejati pasti tidak akan melewatkan hal itu.

Bagaimana dengan klub anda?

September 28, 2017

Welcome to Milan, Don Carlo?

sindonews.com


Berita dipecatnya Carlo Ancelotti dari Bayern Muenchen membuat para Milanisti ikut bergembira. Setidaknya ketika pada saat sekarang ini performa Milan belum begitu ciamik di Serie A, dan adanya gonjang-ganjing soal pelengseran Vicenzo Montella dari posisi pelatih.

Sehingga ketika ada sebuah nama besar di jajaran pelatih yang bisa diharapkan akan menjadi pengganti apabila nanti ternyata Montella benar-benar tidak berada lagi di kursi pelatih Milan, Milan tidak perlu lagi meragukan kapabilitas seorang Ancelotti.

Apalagi mengingat bahwa Milan adalah klub yang pernah memberi torehan prestasi buat Ancelotti baik sebagai pemain maupun pelatih. Bahkan beberapa musim lalu ketika posisi Milan sedang terpuruk, Ancelottilah yang sangat diharapkan untuk pulang ke Milan dan membangkitkan lagi prestasi Milan, agar tidak melulu tenggelam dalam kenangan kebesaran masa lalu.

Akan tetapi tidak segampang itu berandai-andai. Aangkah lebih baik jika Montella masih diberi kesempatan membesut Milan dan membuktikan kapasitasnya sebagai seseorang yang memang pantas melatih klub sebesar Milan. Apalagi perjalanan Milam musim lalu yang dibawanya maju ke liga eropa musim ini, dan laju Milan di liga eropa sampai saat ini masih cukup meyakinkan.

Mari berharap saja Montella menyelesaikan tugasnya sampai akhir musim dengan memberi prestasi bagi Milan, sementara Don Carlo menikmati masa istirahatnya dulu, baru musim depan membesut Milan kemudian.

#ForzaMilan #weareacmilan #WelcomeAncelotti

September 24, 2017

Ada Apa Dengan Milan?


goal.com

Belanja besar yang dilakukan Milan pada awal musin tentunya dengan tujuan membawa Milan kembali ke tempat yang semestinya, menjadi klub yang disegani di Italia khususnya dan Eropa atau Dunia pada umumnya. Namun hingga giornata ke 6, Milan sudah mengalami 2 kali kekalahan dengan permainan yang masih belum stabil.

Mungkin memang butuh waktu untuk dapat mempersatukan tim yang berisi banyak pemain baru yang bahkan mungkin belum mengenal kultur liga Italia, juga untuk dapat mengerti visi permainan yang dimaui pelatih.

Jangan buru-buru mengatakan bahwa hal ini merupakan kesalahan pelatih atau bahkan menganggap sebagai kesalahan dalam melakukan kebijakan transfer. Sekali lagi, faktor waktu memiliki peranan yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam proses pembentukan dan penyatuan sebuah tim.

Karena apa? Karena yang terjadi pada Milan saat ini adalah sebuah revolusi, di mana transfer tidak hanya dilakukan terhadap satu-dua orang pemain saja atau transfer tambal sulam. Tapi transfer yang dilakukan dengan melibatkan jumlah pemain yang cukup besar, sehingga perlu waktu untik membangun sebuah tim yang kuat dan mumpuni untuk melakoni 3 kompetisi dengan jadwal yang padat.

Montella Out?
Apakah mendepak Vicenzo Montella dari kursi pelatih merupakan solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi krisis (jika ini layak disebut krisis) yang terjadi pada Milan? Toh, kalau Montella benar didepak dan masuk pelatih baru, pasti juga butuh waktu untuk menyatukan tim. 

Yang jelas, evaluasi penampilan tim harus dilakukan agar tidak lagi ada pengulangan kesalahan-kesalahan yang akan berimbas pada hasil akhir perjalanan tim di kompetisi. Rotasi memang mutlak dilakukan untuk menjaga performa dan kesegaran phara pemain, di sinilah peran Vicenzo Montella dan jajaran pelatih untuk memilah pemain dan taktik strategi yang menguntungkan tim.

Pada saat ini klub sudah mendapat dukungan penuh dan stadion juga mulai terisi dengan para suporter yang ingin ikut merasakan euforia kembali kejayaan Milan. Jangan sampai antusiasme fans melemah dan berkurang, dan menjaga kepercayaan fans itu bukan hal yang mudah.

#ForzaMilan

September 10, 2017

Setelah Kekalahan

acmilan.com
Pil pahit harus ditelan Milan setelah pada minggu ketiga Serie A musim 2017/2018 harus menelan kekalahan dengan skor telak 4-1 dari tuan rumah Lazio melalui hattrick Ciro Immobile dan Alberto. Milan hanya bisa membalas sebiji gol melalui Riccardo Montolivo. 

Pemilihan formasi dan pemain yang tidak tepat oleh Vicenzo Montella banyak mendapat kecaman dan kritikan dari Milanisti di seluruh dunia. Mereka beranggapan bahwa seharusnya Montella tidak memasang Borini di sayap kiri, karena ada Bonaventura yang sudah kembali dari cedera. Namun dengan alasan menyimpan Bonaventura untuk laga Eropa, Montella tetap memasang Borini.

Hasilnya? Banyak yang menilai kontribusi Borini dari sisi kiri penyerangan Milan sangat minim, tidak ada kreasi yang tercipta dari sana. Pemain berikut yang mendapat kritikan adalah Montolivo. Meskipun mencetak gol di pertandingan, namun Milanisti lebih memilih untuk memberi kesempatan kepada Locatelli yang walaupun berlabel Not For Sale tapi jarang dimainkan. 

Pemilihan striker juga dipertanyakan mengingat Milan punya dua striker mahal yang baru dibeli, yaitu Kalinic dan Andre Silva. Jika pertimbangan yang dipakai Montella memasang Cutrone karena dianggap mengenal kultur Serie A, bukankah Kalinic juga sudah mengenalnya dengan baik?

Walaupun pada akhirnya Bonaventura, Hakan dan Kalinic dimainkan namun hal itu tidak mampu menolong Milan dari kekalahan.

Memang ini baru pertandingan ke 3 musim kompetisi 2017/2018 dan perjalanan masih panjang, apalagi Milan berlaga di 3 kompetisi. Dengan kekalahan dari Lazio ini seharusnya bisa menjadi bahan evaluasi dan interospeksi bagi skuat Milan untuk lebih memperkuat diri menghadapi kompetisi yang dilakoninya. Pemilihan pemain dan formasi akan menentukan langkah Milan selanjutnya.

Forza Milan! Kami tetap bersamamu!