July 11, 2017

Mencintai Tanpa Akhir

#weareacmilan. google.com

Perhelatan Piala Eropa 1988 menorehkan tinta emas buat Tim Nasional Belanda dengan menjadi kampiun untuk pertama kalinya. Imbasnya, penampilan punggawa-punggawa timnas Belanda ikut menanjak di seantero liga, termasuk trio Ruud Gullit, Marco Van Basten dan Frank Riijkard yang bermain bersama AC Milan di pentas Serie A Italia.


***

Saya ambil kaos warna putih lengan panjang, kemudian di selembar karton saya membuat tulisan "Mediolanum", lalu saya cutting sedemikian rupa.

Dan berbekal sekaleng kecil cat besi serta busa, segera saya capkan tulisan tersebut pada bagian dada kaos lengan panjang warna putih tadi. Maka jadilah jersey AC Milan berwarna putih lengan panjang dengan sponsor Mediolanum versi saya.

Mungkin sejak itulah, sepanjang ingatan yang masih tersimpan di kepala, saya mulai menyukai klub sepak bola AC Milan. Segala hal tentangnya membuat saya merasa seperti seorang pemuda yang sedang jatuh cinta pada seorang gadis remaja, saya dimabuk asmara.

Tak ada klub lain secantik dia, tak ada yang seindah dia. Saya mencintai lebih kepada klubnya, bukan kepada siapa pemainnya.

Tentang pemain, pernah saya membenci sosok Ronaldo, yang sebelumnya main di Inter Milan juga Barcelona, dua klub yang sungguh saya benci. Saya tidak pernah berharap bahwa AC Milan akan merekrut Ronaldo, tapi apadaya harapan saya musnah ketika akhirnya Ronaldo jadi juga direkrut.

Awalnya saya mangkel, jengkel. Kenapa AC Milan harus merekrutnya? Namun lama-lama rasa benci itu hilang dan berubah menjadi tawar. Biasa saja, tidak suka juga tidak benci.

Apa yang saya rasakan terhadap Ronaldo, terjadi juga ketika pemain-pemain seperti Rivaldo, Ronaldinho dan yang lain mempunyai kisah yang mirip dengan apa yang terjadi pada Ronaldo.

Rasa cinta saya pada AC Milan membuat saya begitu posesif padanya.


***

Mencintai di saat baik dan buruknya.

Saya tak hanya suka AC Milan ketika sedang banyak prestasi yang diraih, atau ketika banyak pemain top yang ada di klub, tapi juga ketika prestasi klub sedang terpuruk.

Meskipun banyak media menganggap remeh dan menempatkannya sebagai klub medioker, walaupun mainnya masih angin-anginan, dan kadang suka kalahan, namun cinta saya padanya tidak berubah.

Pernah suatu ketika, dini hari saya bangun untuk nonton siaran langsung pertandingan AC Milan. Apa yang saya rasakan?

Jantung saya berdebar, hati saya tak menentu. Badan terasa panas dingin di sepanjang pertandingan. Dan bibir saya komat-kamit membaca segala doa yang saya bisa, dan pengharapan yang terbaik untuknya saya panjatkan.


***

Seorang teman pernah menyuruh saya untuk berganti klub dan memalingkan hati dari AC Milan, karena prestasinya yang selalu jeblok di beberapa musim. Tapi saya tak mau. Saya tak terpengaruh. Saya tetap mencintainya apapun keadaannya. Saya masih bertahan dengan cinta saya, cinta pertama dalam hidup saya.

Memang banyak yang baru, yang muda dan yang cantik, tapi itu semua tak akan bisa mengubah penilaian saya tentangnya. Merah hitam telah terlanjur mengalir di tubuh saya, dan tak akan pernah tergantikan.

#ForzaMilan #Milanisme

2 comments: